Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

China Berjanji Tidak Akan Devaluasi Yuan

PM China Li Keqiang menyampaikan bahwa China tidak akan mendevaluasi mata uangnya untuk membuat ekspor lebih kompetitif. Hal itu disampaikan tidak berapa lama setelah Amerika Serikat dan China mengumumkan ancaman tarifnya di dalam eskalai perang dagang.
Yuan./.Bloomberg
Yuan./.Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA—PM China Li Keqiang menyampaikan bahwa China tidak akan mendevaluasi mata uangnya untuk membuat ekspor lebih kompetitif. Hal itu disampaikan tidak berapa lama setelah Amerika Serikat dan China mengumumkan ancaman tarifnya di dalam eskalai perang dagang.

“Fluktuasi baru-baru ini di pasar valuta asing yuan telah dinilai sebagai pengukuran yang disengaja, tapi itu tidak benar,” katanya di dalam acara World Economic Forum di Tianjin, China, seperti dikutip Bloomberg, Rabu (19/9/2018).

Dia menyebutkan bahwa sejatinya devaluasi China bahkan lebih merugikan perekonomian China. Oleh karena itu, China tidak akan melakukannya hanya untuk menstimulasikan ekspor.

Adapun Presiden AS Donald Trump telah berulang kali menuduh China dengan sengaja membiarkan mata uangnya melemah kendati Pemerintah AS belum menyebut secara formal bahwa Beijing bertindak sebagai manipulator mata uang.

Sejauh ini, yuan telah kehilangan kekuatannya di tengah-tengah mendalamnya tensi perdagangan antara dua ekonomi terbesar di dunia sejak Juni. Adapun pelemahan yuan tersebut lebih disebabkan oleh penguatan dolar AS.

Michelle Lam, Ekonom China di Societe Generale di Hong Kong menilai, China yang tidak secara aktif mendevaluasi mata uang juga tidak menjamin mata uang Negeri Panda tersebut akan tetap berada di level sekarang ini. 

“Apa yang mereka coba lakukan adalah membiarkan pasar memainkan peran yang lebih besar untuk menentukan nilai yuan. Hal itu sejalan dengan pesan yang disampaikan pembuat kebijakan China dan PM Li untuk Washington,” kata

Adapun yuan onshore bergerak reli dan diperdagangan di level 6,8535 per dolar AS pada pukul 15.35 di Shang Hai.

“Kenaikan yuan tersebut merupakan reaksi dari komentar PM Li, yang melonggarkan kekhawatiran dari menajamnya eskalasi perang dagang China-AS beberapa hari belakangan ini,” kata Gao Qi, strategis mata uang di Scotiabank, Singapura.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper