Bisnis.com, JAKARTA--Menghadapi kebijakan moneter Bank Indonesia yang semakin ketat tahun depan, pengusaha berharap pemerintah memberikan insentif fiskal untuk mengurangi beban biaya dana.
Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan P. Roeslani menuturkan pengusaha sebenarnya berharap pemerintah mengeluarkan kebijakan yang ikut membantu kegiatan wirausaha di tengah pengetatan suku bunga bank sentral Tanah Air.
"Bagaimana mengatasi ini, apakah dengan relaksasi kebijakan atau insentif fiskal," ujar Rosan.
Menurutnya, relaksasi fiskal merupakan kebijakan yang paling mungkin dilakukan oleh pemerintah. Bagi pengusaha, lanjut Rosan, kenaikan suku bunga 150 basis poin (bps) sejak Mei sudah masuk perhitungan bisnis.
Pengusaha melihat BI akan terus menaikkan suku bunganya tahun depan, sejalan dengan normalisasi yang dilakukan di negara maju, termasuk AS.
Menurutnya, hal ini akan menjadi beban pengusaha karena suku bunga acuan akan mengelembungkan biaya dana (cost of fund).
"Jadi buat kita selama itu ter-planning dan sudah ada dalam asumsi kita, that is ok dan kita ada antisipasinya," ungkap Rosan, Selasa (23/10/2018).
Saat ini, dia mengemukakan pengusaha memiliki tiga opsi dalam menghadapi pengetatan suku bunga Bank Indonesia (BI) yang berimbas pada naiknya biaya dana (cost of fund).
Pertama, pengusaha akan mentransmisikan beban biaya dana kepada konsumen atau end user.
Kedua, pengusaha harus memotong marjin keuntungannya.
Ketiga, dia menegaskan, pengusaha bisa mengkombinasikan kedua opsi tersebut.