Bisnis.com, JAKARTA – Industri kecil dan menengah (IKM) sebagai sektor mayoritas dari populasi industri di Indonesia perlu terus didorong pertumbuhannya.
Sektor ini dinilai dapat membawa efek berganda untuk mendorong pemerataan ekonomi.
Dirjen IKM Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Gati Wibawaningsih, menjelaskan IKM dapat menjadi penopang perekonomian Indonesia dengan jumlahnya yang sangat banyak.
Dia menjelaskan, potensi IKM tercermin dari kemampuannya bertahan saat krisis moneter global.
Gati optimistis jumlah IKM akan terus bertambah seiring pertumbuhan kelas menengah yang diperkirakan mencapai 70% dari total penduduk Indonesia pada 2025.
Dalam catatan Kemenperin, jumlah IKM pada 2018 mencapai 4,49 juta unit pada semester I 2018. Terdapat pertumbuhan sebanyak 970 ribu IKM dalam empat tahun terakhir.
Baca Juga
“Ketika mencapai 4 juta unit IKM pada 2016, tenaga kerja yang terserap lebih dari 10 juta orang. Tentunya, jumlah tersebut mendominasi dari populasi tenaga kerja industri di Indonesia,” ujar Gati dalam keterangan resmi, Sabtu (10/11/2018).
Peningkatan kompetensi sumber daya manusia (SDM) menurut Gati adlaah syarat mutlak agar IKM lebih berdaya saing global. Diperlukan pelatihan serta pendampingan kepada pembina industri dan pelaku IKM agar kompetensinya dapat terus ditingkatkan.
Sekretaris Ditjen IKM Kemenperin Eddy Siswanto, menjelaskan sepanjang tahun ini Ditjen IKM Kemenperin telah melakukan pembinaan kepada lebih dari 120 tenaga penyuluh.
Peserta itu terdiri dari Pejabat Fungsional Penyuluh Perindustrian dan Perdagangan (PFPP), fasilitator manajemen mutu, analis kontrol industri pangan, dan konsultan Himpunan Kawasan Industri.
“Para PFPP ini harus memiliki tiga jenis kompetensi, yaitu tentang manajerial, teknis, dan sosio kultural. Saat ini, jumlah PFPP dari 20 provinsi sudah sebanyak 262 orang. Di tahun 2018 ini, pengembangan IKM akan difokuskan pada pembinaan peningkatan kualitas kemasan,” ujar Eddy.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan produksi industri manufaktur mikro dan kecil triwulan III-2018 naik sebesar 3,88% terhadap triwulan III-2017.
Peningkatan tersebut terutama disebabkan naiknya produksi industri logam dasar yang mencapai 18,64persen%. Sektor yang mengalami kenaikan pertumbuhan produksi tertinggi adalah industri pengolahan tembakau yang naik hingga 32,36%.