Bisnis.com, JAKARTA – Para pemimpin negara-negara Asia Pasifik berkumpul di Port Moresby, Papua Nugini untuk menghadiri Asia Pacific Economic Co-operation (APEC) yang digelar pada 17-18 November 2018.
Pada hari pertama KTT APEC, isu globalisasi dan proteksionisme langsung mengemuka.
Perdana Menteri (PM) Malaysia Mahathir Mohamad memperingatkan bahwa globalisas telah meninggalkan sebagian orang di belakang dan meningkatkan ketidaksetaraan.
“Manfaat perdagangan dan integrasi ekonomi yang bebas dan adil telah dirusak, diperluas dengan Brexit dan perang dagang antara negara-negara ekonomi besar,” ujarnya, seperti dilansir Reuters, Sabtu (17/11/2018).
Sementara itu, PM Australia Scott Morrison menyatakan perdagangan bebas memberikan keuntungan yang besar di dalam negara masing-masing.
“Kita harus kembali membujuk dan meyakinkan masyarakat mengenai manfaat dari kebijakan ini,” tuturnya.
Morrison menyebutkan lebih dari 1 miliar penduduk telah keluar dari garis kemiskinan sejak 1991 karena ada lapangan kerja dan harga barang yang lebih terjangkau, yang dimungkinkan oleh perdagangan bebas.
Untuk menghadapi kecenderungan proteksionisme dan volatilitas finansial di negara-negara emerging, dia mengajak semua pihak untuk memperjuangkan nilai-nilai ekonomi yang diyakini bersama.
Pandangan serupa disampaikan Presiden China Xi Jinping, yang mengemukakan bahwa proteksionisme dan unilateralisme sedang membayangi pertumbuhan global.
China dan AS sedang terlibat dalam sengketa dagang sejak awal 2018. Kebijakan kedua negara pun mempengaruhi pertumbuhan ekonomi global.
IMF telah menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi 2018 dari 3,9% menjadi 3,7%.