Bisnis.com, JAKARTA - Jumlah penumpang angkutan darat disebutkan menurun hingga 14% berdasarkan data Statistik Kementerian Perhubungan. Dari total 2,54 juta penumpang pada 2017, jumlah itu merosot menjadi 2,18 juta pada 2018. Namun, penurunan tersebut tidak akan terlalu lama setelah ada jalan tol Trans-Jawa dapat meningkatkan okupansi bus.
Ya, terhubungnya jalan tol Trans-Jawa memungkinkan perjalanan Jakarta hingga Surabaya tanpa putus melalui jalan bebas hambatan. Kemunculan jalan tol Trans-Jawa sudah dinanti oleh para operator bus yang selama ini melayani trayek antarkota antarprovinsi (AKAP) di Pulau Jawa.
Berbeda dengan para pengusaha truk yang mengeluhkan mahalnya ongkos melalui jalan tol, perusahaan otobus (PO) yang melayani trayek di sepanjang pulau Jawa langsung menggunakan tol sebagai alternatif jalur trayek.
Alasan utamanya adalah waktu yang lebih singkat sehingga jumlah trip menjadi lebih banyak, yang artinya pemasukan menjadi berlipat ganda.
Ketua Bidang Angkutan DPP Organda Kurnia Lesani Adnan menyebutkan keberadaan tol Trans-Jawa meningkatkan utilisasi bus penumpang yang dimilikinya hingga 2 kali lipat. Pemasukannya pun meningkat 100%. Selain itu, jalan tol Trans-Jawa telah menaikkan okupansi bus rata-rata 15%—20%.
Baru-baru ini, PO Putera Mulya Sejahtera merilis bus premium double decker dengan tajuk bus Trans-Jawa yang melayani trayek Jakarta—Semarang—Solo.
PO Putera Mulya mengklaim yang pertama melakukan branding bus Tol Trans-Jawa dengan perjalanan menggunakan tol tanpa henti.
PO Putera Mulya terlecut semangatnya atas rencana Kementerian Perhubungan yang akan membuat trayek bus melalui tol Trans-Jawa tanpa putus. Salah satu wacananya adalah melibatkan Perum Damri sebagai operator bus Trans-Jawa.
Kehadiran bus Trans-Jawa milik PO Putera Mulya seakan membuktikan bahwa swasta mampu mengoperatori trayek bus yang diinisiasi pemerintah.
Benar saja, saat saya mencoba layanan bus Trans-Jawa tersebut mampu memangkas waktu perjalanan Jakarta-Semarang. Perjalanan yang dimulai dari Terminal Pulogebang, Jakarta Utara, hingga Kota Semarang hanya ditempuh 7 jam.
Bus Scania K410IB double decker tersebut dipacu dengan kecepatan rat-rata 100 kilometer per jam—120 kilometer per jam.
Direktur Institut Studi Transportasi (Instran) Darmaningtyas menilai salah satu kelebihan dari bus Trans-Jawa adalah tarif yang kompetitif dibandingkan dengan kereta api.
Selain itu, waktu tempuh yang lebih singkat menjadi alasan penumpang moda transportasi lain beralih menggunakan bus.
Tak hanya itu, potensi ekonomi baru juga muncul dengan adanya bus dan tol Trans-Jawa yaitu potensi wisata.
Yoga Adiwinarto, Country Director Institute for Transportation and Development Policy (ITDP) Indonesia, juga menilai waktu tempuh yang singkat memungkinkan munculnya perjalanan sehari daari Jakarta ke tempat wisata di Semarang atau Solo.
Sayangnya, keberadaan tol Trans-Jawa belum cukup menumbuhkan geliat angkutan multimoda antarprovinsi. Dukungan pemerintah bukan sebagai operator melainkan sebagai regulator dan fasilitator sangat dibutuhkan.
Dalam rangka utilisasi tol Trans-Jawa sebagai jalur bus AKAP yang lebih efisien, setidaknya ada dua hal pekerjaan pemerintah. Pertama, sarana terminal di jalan tol yang dapat menaikkan dan menurunkan penumpang yang bisa diakses oleh seluruh perusahaan otobus. Dalam rancangan Kemenhub, terminal itu dapat disambung angkutan pengumpan yang mengantarkan penumpang ke terminal terdekat di kota tujuan.
Kedua, regulasi yang dapat mendekatkan otobus dengan potensi pengumpulan penumpang, tidak perlu berupa terminal, subterminal di pusat kota pun cukup. Setelah regulasi tersebut, yang tak kalah penting adalah pengawasan pemerintah agar tidak terjadi kecurangan atau penyalahgunaan wewenang dalam implementasinya.