Bisnis.com, JAKARTA—Para pengusaha furnitur Indonesia memilih untuk mengajak pengusaha dari China untuk bekerja sama mengembangkan industri tersebut di Indonesia.
Ketua Umum Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Soenoto mengatakan, mustahil bersaing dengan China yang nilai ekspor furniturnya mencapai US$50 miliar pada tahun lalu. Untuk itu, bekerja sama dengan China adalah cara paling tepat untuk meningkatkan industri tersebut di dalam negeri.
“China sulit kalau dilawan atau dikalahkan. Jalan tengahnya adalah berpatner. Kita punya kelebihan yang mereka butuhkan, yakni sumber daya alam yang menjadi bahan baku sektor mebel. Saya rasa ini menarik bagi investor China,” ujarnya, Senin (11/3/2019).
Dia mengatakan, Indonesia memiliki kelebihan karena 85% produksi rotan dunia dihasilkan oleh Indonesia. Hal itu menurutnya, akan membuat pasokan bahan baku untuk industri furnitur terjamin.
Soenoto melanjutkan, investor China akan diarahkan untuk berinvestasi di industri hilir. Sementara pengusaha asal Indonesia akan mengisi lini usaha dari hulu hingga perantara.
“Mereka diarahkan ke industri finishing. Nanti di ujung sampai di tengah, pengusaha kita yang isi. Supaya investor China ini juga bisa menjadi agen bagi ekspor produk kita. Sebab jaringan bisnis mereka di kancah global sangat luas,” lanjutnya.
Adapun, HIMKI memproyeksikan, pada tahun ini ekspor mebel dan furnitur diperkirakan mencapai 5%-6% secara year on year (yoy) atau tumbuh moderat dari 2018.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2018 lalu, nilai ekspor industri furnitur Indonesia mencapai US$1,69 miliar, tumbuh 5,04% dari tahun sebelumnya. Sementara itu, ekspor furnitur dari kayu tercatat tumbuh 3,68% menjadi US$1,34 miliar, sedangkan furnitur dari rotan atau bambu naik 2,67% menjadi US$115 juta.