Bisnis.com, JAKARTA – Harga properti Australia kembali mencatatkan penurunan pada sepanjang Maret lantaran pembeli yang dianggap prospektif justru menunda transaksinya sampai usai pemilihan umum dan adanya aturan kredit yang makin ketat membuat pembiayaan perumahan makin sulit.
Berdasarkan data CoreLogic, nilai perumahan gabungan di ibu kota maupun negara bagian turun 0,7% pada Maret, dan mencatatkan penurunan 8,2% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Dua kota terbesar di Australia masih menjadi pemicu utama penurunan harga rumah secara keseluruhan. Harga rumah di Sydney tercatat turun 0,9% bulan lalu, dan turun 13,9% dari puncaknya pada pertengahan 2017 lalu.
Sementara itu, nilai rumah di Melbourne tercatat turun 0,8% menjadi 10,3% di bawah nlai puncaknya. Adapun, secara nasional, laju penurunan harga rumah memang melambat, akan tetapi lokasi penurunan harganya meluas.
Kepala Bidang Riset CoreLogic Tim Lawless mengatakan bahwa harga rumah memang mengalami penurunan hampir di seluruh regional, dan enam dari delapam ibu kota yang ada di seluruh benua Australia pada Maret, hanya Hobart dan Canberra yang tidak mengalami penurunan.
“Pasar perumahan mungkin tetap loyo menjelang pemilu nasional yang diharapkan pada bulan Mei, mengingat oposisi utama Partai Buruh berencana mengubah keringanan pajak untuk investor properti,” kata Lawless seperti dilansir Bloomberg, Senin (1/4).
Baca Juga
Menurut Lawless, pasar hunian kelas atas menjadi yang paling terpukul, karena bank akan lebih berhati-hati dalam memberikan kredit dengan tingkat utang tinggi dan tidak adanya lonjakan permintaan dari pembeli rumah pertama.