Bisnis.com, JAKARTA – Pelaku industri kecil dan menengah (IKM) peleburan kuningan berupaya meningkatkan teknik produksi untuk memacu kualitas dan kapasitas produksi.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Peleburan Kuningan (Gipelki) Eric Wijaya mengatakan teknik produksi merupakan tantangan yang saat ini dihadapi IKM peleburan kuningan.
Menurutnya, saat ini IKM peleburan kuningan baru dapat mengolah bahan baku menjadi barang jadi. Baru setengah dari jumlah pelaku usaha yang memiliki sistem produksi kuningan terintegrasi dari pengolahan mentah, setengah jadi, hingga barang jadi.
“Misal dari brass rod dan brass wire ke barang jadi membutuhkan inovasi teru menerus. [Kapasitas produksi] IKM lokal sudah lumayan, tetapi masih perlu peningkatan lagi agar bisa kompetisi dengan barang impor atau untuk ekspor,” ujarnya kepada Bisnis belum lama ini.
Eric mengatakan capaian Indonesia Industry 4.0 Readiness Index (INDI 4.0) saat ini sudah sesuai dengan keadaan industri lantaran minimnya inovasi di industri peleburan kuningan.
Menurut INDI 4.0 2019, sektor industri logam memiliki nilai INDI yang paling rendah di antara sektor industri lainnya yakni 1,57. Adapun, INDI 4,0 industri nasional berada di level 2,14 secara rata-rata.
Adapun terkait dengan ketersediaan bahan baku, Eric menuturkan industri peleburan kuningan dan turunannya akan berkembang setelah ada pembatasan ekspor skrap kuningan.
Skrap kuningan akan diolah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi sehingga menghasilkan kuningan limbah industri. Pihaknya memprediksi komposisi kuningan limbah industri akan menjadi 50% dari total bahan baku kuningan di dalam negeri dalam 5 tahun ke depan.
Sebelumnya, Eric memproyeksikan industri peleburan kuningan akan menyerap investasi hingga Rp2,4 triliun di bidang pengolahan bahan setengah jadi menjadi komponen dan barang jadi kuningan, perunggu, serta tembaga.
Masuknya investasi tersebut diperkirakan bakal menyerap tenaga kerja baru sebanyak 85.900 orang.