Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

DIRUT PERUM PPD PANDE PUTU YASA : "Kontribusi Paling Besar dari Transjabodetabek"

Sejak awal didirikan sampai dengan sekarang, Perum PPD telah mengalami pasang surut. Sempat terancam dilikuidasi, perusahaan pelat merah ini berhasil bangkit melalui upaya transformasi yang dijalankan.
General Manager Departemen Transit Oriented Development dan Hotel PT Adhi Karya Tbk Amrozi Hamidi (dari kiri) saling bertumpu tangan dengan Direktur Operasi II Budi Saddewa Soediro, Direktur Utama Budi Harto, Direktur Utama Perum Pengangkutan Penumpang Djakarta (PPD), Pande Putu Yasa, Direktur Tatan Rustandi dan Direktur Fanny Priatna seusai penadatanganan kerja sama di Jakarta, Rabu (22/3)./JIBI-Dedi Gunawan
General Manager Departemen Transit Oriented Development dan Hotel PT Adhi Karya Tbk Amrozi Hamidi (dari kiri) saling bertumpu tangan dengan Direktur Operasi II Budi Saddewa Soediro, Direktur Utama Budi Harto, Direktur Utama Perum Pengangkutan Penumpang Djakarta (PPD), Pande Putu Yasa, Direktur Tatan Rustandi dan Direktur Fanny Priatna seusai penadatanganan kerja sama di Jakarta, Rabu (22/3)./JIBI-Dedi Gunawan

Dari segi harga, apakah bus listrik jauh lebih mahal jika dibandingkan bus BBM?

Kalau dari segi harga memang lebih mahal. Perbandingannya, harga untuk satu bus listrik itu bisa beli sekitar 3 bus yang biasa. Namun, yang terpenting adalah sejauh mana Pemprov DKI ini bisa memberikan subsidi pada masyarakatnya.

Dengan investasi yang lebih tinggi, artinya daya beli masyarakat juga harus dinaikkan. Apalagi, masa pemakaian bus listrik ini sekitar 7—10 tahun, sehingga harus dihitung lagi investasinya.

Pemerintah memang seharusnya tidak melihat hanya dari sisi subsidinya, tetapi dampak lainnya misalnya membuat udara di Jakarta menjadi lebih bersih dengan pemakaian bus listrik.

Apakah Perum PPD sudah menentukan akan membeli bus listrik dari mana?

Sebenarnya sudah cukup banyak tawaran. PPD ini sekarang bagaikan gadis cantik, karena banyak yang minat. Sudah ada sekitar 8 vendor yang mendekati kami, bahkan ada vendor dari China yang khusus mendatangi kami langsung. Namun, kami sampaikan belum bisa mengambil keputusan, karena masih menunggu sikap dari pemerintah.

Kami belum tahu apakah kebijakannya nanti unitnya bisa diimpor utuh, atau harus ada kandungan lokalnya. Kalau harus ada kandungan lokal, kami harus melihat produksi di dalam negerinya.

Kalau adopt murni dari China ke Indonesia, berat kendaraannya tidak memenuhi ketentuan. Dari China beratnya 18 ton, sedangkan ketentuan Kemenhub berat kendaraan hanya boleh 16 ton.

Selain itu, dari spesifikasi bus juga banyak yang belum memenuhi persyaratan di sini. Oleh sebab itu, harus dilakukan penyesuaian. Dari sisi ketenuan subsidi listrik untuk angkutan umum juga harus jelas dulu. Saya dapat informasi bahwa Kementerian Keuangan sedang melakukan kajian subsidi ini, tetapi saya belum tahu seperti apa nanti keputusannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper