Prospek Perusahaan Otobus Kian Cerah
Keputusan apa yang anda ambil saat itu?
Saya berpikir dan sampaikan kepada manajemen untuk hijrah. Waktu itu bidikannya Pekanbaru. Saya petakan Pekanbaru, karena saya lihat di sana tidak ada pelat BM yang jadi AKAP. Jadi, bus yang ada di sana bus luar daerah semua.
Saya bilang ke kepala dinas di sana apa bapak mau seperti ini terus, kendaraan justru dikuasai pelat mobil luar daerah? Dia lantas bilang pengusaha lokal tidak ada yang mau, tetapi saya melihat peluang maka saya boyong 12 bus ke sana.
Saat saya bawa bus ke Pekanbaru, sedangkan yang di Bengkulu juga memohon agar jangan ditinggalkan, karena SAN sebagai salah satu sumber PAD [pendapatan aset daerah]. Namun, mau bagaimana kondisinya kalau dibiarkan saja, tidak ekspansi ke daerah, kami mati.
Ketika Pekanbaru welcome, dengan pelat BM itu secara emosional masyarakat di sana timbul rasa memiliki. Apalagi sering dikecewakan dari sisi ketidakpastian nomor kursi oleh operator bus yang sudah ada sebelumnya.
Penyakitnya itu kalau tidak penuh busnya, bakal sering dioper bus lain atau pas berangkat duduk di kursi nomor lima, di pertengahan perjalanan saat tiba agen di depan, tempat tidur penumpang bisa mundur lagi jadi nomor 15. Makin ke Jakarta bisa makin ke belakang tempat duduknya. Namun, kalau kami tidak. Kami jaga itu tetap sama dari awal sampai akhir.
Transformasi apa yang dilakukan untuk dapat menjadi lebih unggul?
Penyakitnya kan sudah tahu, yakni seringnya ketidakjelasan kursi pada PO-PO lain itu. Kebiasaan seperti itu kami hilangkan alias kami jamin berangkat kursi nomor 5 ya sampai tujuan juga bakal nomor 5 terus. Artinya, kami benahi SDM.
Di situlah lahir tagline kami Transport With Care, itu yang kami tekankan kepada pengemudi. Nah, karena konsisten kami menjadi pilihan berbeda, karena kami melayani dengan sepenuh hati.
Selain kami tekankan bahwa kami pelayan, kami juga berikan kesejahteraan baik kepada mereka, dengan beberepa pola operasional yang kami sesuaikan, seperti kru dengan sistem gaji ritase, uang jalan kami penuhi. Itu strategi operasional supaya mereka ketika duduk di setir mobil tidak lagi berpikir mencari uang tetapi memindahkan orang.
Selain itu, transformasi apalagi yang dilakukan PO SAN?
Peremajaan armada dengan spesifikasi premium dan saat ini meluncurkan aplikasi pemesanan tiket secara online. Kami bangun sistem sendiri. Alhamdulillah, besok kami launch, namanya Buzz It.
Bisnis PO sekarang secara umum bagaimana, khususnya Jawa ke Sumatra, setelah terjadi gonjang-ganjing di angkutan udara?
Itu saya bilang, prospek makin cerah sebetulnya. Di Sumbar, ada beberapa PO baru tumbuh. Dari situ sebenarnya indikator. Namun, apakah orang-orang baru ini pure operator, paham dengan apa yang dia lakukan atau cuma euforia.
Kita kembali lagi ke regulasi. Kita tidak boleh men-judge, tapi waktu yang akan menjawab. Satu yang perlu saya ingatkan, menjadi pengusaha bus itu bukan kesempatan berbisnis semata, tapi ada tanggung jawab moral. Apakah dia menjadi pengusaha sudah siap, seperti maintenance-nya baik, mengerti masalah sparepart teknis. Kalau asal cari murah, ya sulit.