Bisnis.com, JAKARTA - Ekspor jasa hingga akhir 2019 diprediksi tumbuh melambat dibandingkan dengan realisasi pada 2018 yang mencapai US$30,31 miliar.
Asisten Deputi Moneter dan Neraca Pembayaran Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Edi Prio Pambudi memprediksi jika sampai akhir tahun ini ekspor jasa bisa meningkatkan sebesar 6,5% - 7% dibandingkan tahun lalu.
Dalam hal ini, dia menuturkan tren pada tahun ini menunjukkan bahwa sektor dengan share terhadap ekonomi kecil tumbuh lebih cepat daripada sektor dengan share yang lebih besar, khususnya sektor jasa.
“Jadi itu menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia ada lompatan dari primer ke jasa,” kata Edi kepada Bisnis.com, baru-baru ini.
Dia menuturkan salah satu hal yang menjadi masalah saat ini adalah catatan statistik sektor jasa yang belum lengkap. Di samping itu, masih ada standar pencatatan antara satu institusi.
“Akibatnya, perpindahan kegiatan pelaku dari sektor yang tercatat ke sektor jasa yang belum tercatat, bisa berdampak pada catatan PDB.”
Sebab itu, imbuhnya, perlu ada perbaikan statistik jasa harus lebih agresif dilakukan terutama oleh instansi pemerintah pembina sektor jasa.
“Saya yakin masih banyak sektor jasa yang menghasilkan income besar belum tercatat dengan baik.”
Sementara itu, analis kebijakan dari Indonesia Services Dialogue (ISD) M Syarif Hidayatullah justru memprediksi untuk meraih kenaikan sebesar 7% dibandingkan dengan tahun lalu cukup sulit karena ekspor jasa perjalanan/travel yang notabene menjadi penyokong utama tumbuh melambat. Menurutnya, paling tidak hingga akhir 2019 ekspor jasa akan naik 3,5%- 4,5% atau senilai US$31 – 32 miliar.
“Sampai kuartal III/2019, ekspor jasa sudah sekitar US$ 23 miliar, atau tumbuh sekitar 2,5% apabila dibandingkan periode yang sama 2018. Hanya, untuk mengejar target ekspor 7%-10% agak berat, karena ekspor jasa travel kita akan sedikit melambat dibandingkan dengan 2018,” kata Syarif.
Dalam hal ini, dia menuturkan, kontributor terbesar ekspor jasa Indonesia masih didominasi oleh sektor jasa pariwisata dan jasa bisnis lainnya. Jasa bisnis lainnya mengalami pertumbuhan yang relatif bagus, sedangkan ekspor jasa pariwisata yang menurun.
Menurutnya, salah satu penyebab menurunnya ekspor jasa pariwisata karena pada 2019 dikarenakan minim event skala internasional, dibandingkan dengan 2018 yang banyak event seperti Asian Games.
“Solusinya, Indonesia perlu mengambil peluang global value chain pada sektor jasa. Saat ini, di dunia ada lebih dari US$ 120 miliar jasa bisnis dan IT yang di outsource ke luar negara asalnya. Jasa saat ini semakin mudah diperdagangkan, terutama dengan adanya Revolusi Industri 4.0, itu peluang pasar yang besar, dan potensial untuk mendorong ekspor jasa.”
Dalam data Bank Indonesia disebutkan hingga kuartal III/2019 nilai ekspor jasa secara keseluruhan mencapai US$23,16 miliar lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu yaitu US$22,63 miliar.
Sedangkan khusus ekspor jasa pariwisata/perjalanan hingga kuartal III/2019 mencapai US$12,46 miliar sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama pada 2018 yaitu US$12,22 miliar.
Syarif memprediksi khusus ekspor jasa pariwisata hingga akhir 2019 akan mencapai US$17 – US$ 18 miliar. Adapun realisasi ekspor jasa pariwisata sepanjang 2018 mencapai US$16,42 miliar.