Bisnis.com, JAKARTA – Pelaku industri kimia menilai sinkronisasi regulasi masih menjadi kebutuhan agar sektor ini mampu tumbuh lebih baik pada 2020.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik (Inaplas) Fajar Budiyono megatakan regulasi yang belum sinkron antarkementerian menjadi faktor yang menghambat kinerja industri olefin dan plastik pada tahun ini. Sejumlah regulasi dari beberapa kementerian dinilai masih membebani pelaku industri dan investasi baru di bidang olefin dan plastik.
Pihaknnya berharap sinkronisasi regulasi itu bisa diwujudkan pada 2020 agar industri mampu bertumbuh lebih tinggi.
"Regulasi yang tidak sinkron dan tidak pro industri ini jadi catatan di mana Kementerian Perindustrian seperti jalan sendiri mengawal regulasi itu, tetapi diganggu dengan kebijakan kementerian lain yang tidak mendukung," ujarnya kepada Bisnis, Minggu (29/12/2019).
Fajar mengatakan kondisi itu menciptakan iklim investasi yang penuh ketidakpastian, baik bagi modal baru maupun pengembangan bisnis. Alhasi, kinerja industri olefin dan plastik atau kimia hilir hanya mampu bertumbuh di kisaran 5,1% - 5,2% atau turun tipis dibandingkan tahun sebelumnya.
Dia optimistis perubahan bisa direalisasikan pada tahun depan dengan sejumlah langkah yang sudah digagas pemerintah.
"Kami berharap 2020, regulasi-regulasi yang menghalangi industri segera dibereskan. Dengan pedang dagang, momentum itu tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, sehingga harus cepat ambil keputusan," ujarnya.
Bukannya mengesampingkan faktor lingkungan, Fajar menilai selama ini regulasi justru menekan sektor kimia hilir. Dia berharap ke depan regulasi yang ada cukup berimbang baik untuk memacu sektor kimia maupun melindungi lingkungan.
Menurutnya, sinkronisasi regulasi itu mesti diarahkan kepada implementasi circular economy. "Yang belum ada manajemen pengelolaan industri secara komprehensif," ujarnya.