Pemerintah mengklaim harga BBM Indonesia di Asean cukup kompetitif. Menteri ESDM Arifin Tasrif bahkan menyebut harga BBM di Indonesia paling murah di Asean.
Pernyataan Arifin setidaknya merujuk data Global Petrol Price dalam yang terekam dari 6 Januari - 27 April 2020. "Sebelum pandemi terjadi dan terjadi perang crude, pada 5 januari kita sudah turunkan harga. Sebagai catatan, harga BBM kita tercatat paling murah di region Asean," katanya dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR, Senin (4/5/2020).
Pernyataan Arifin pun terkonfirmasi. Setidaknya untuk harga bensin (RON 95) di Indonesia tercatat nomor termurah kedua di bawah Malaysia sebesar US$0,67 per liter pada 6 Januari. lalu pada 3 Februari, harga bensin Indonesia tercatat US$0,65 per liter, dan menduduki urutan ketiga termurah di bawah Malaysia dan Vietnam.
Adapun untuk harga solar (CN 51), Indonesia tercatat termurah ketiga senilai US$0,69 per liter pada 6 Januari di bawah Malaysia dan Myanmar. Berselang satu bulan, posisi harga solar Indonesia masih tetap termurah di urutan ketiga di bawah kedua negara tersebut.
Sayangnya, fleksibilitas pembentukan harga BBM nasional tidak lentur seperti negara Asean lain. Hal ini pun ditunjukkan pada data harga BBM per 27 April silam.
Untuk bensin, Indonesia menduduki urutan keempat dengan harga US$0,65 per liter atau masih kalah murah dibandingkan dengan Malaysia, Myanmar ataupun Vietnam. Sementara itu, untuk harga solar yang berlaku di Indonesia menjadi yang termahal ketiga di bawah Singapura dan Laos.
Dengan begitu, rasa-rasanya pemerintah perlu memastikan apakah benar harga BBM nasional kompetitif dibandingkan dengan negara Asean lainnya.
Terkait varian produk, Indonesia menjadi negara dengan varian produk BBM terbanyak di Asia Tenggara. Tercatat setidaknya ada delapan varian produk, sementara Malaysia hanya membedakan produk menjadi tiga varian.
Hanya Indonesia yang masih menjual RON 88 atau Premium, dan Solar CN 48 atau subsidi. Mirisnya kedua produk inilah yang paling banyak dikonsumsi masyarakat.
"Porsi terbesar ditanggung pemerintah adalah subsidi solar, kemudian juga premium dan pertalite, meski gak disubsidi ada ketentuan penggantian [kompensasi] harga. Ketiga jenis ini merupakan 70 persen market share dari seluruh sales Pertamina. Bisa dibanyangkan gimana tertekannya perusahaan?" tambahnya.