Bisnis.com, JAKARTA — PT Perusahaan Gas Negara Tbk. berminat menambah portofolionya di bisnis hilir dengan masuk ke bisnis petrokimia.
Direktur Utama PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS) Suko Hartono menjelaskan bahwa minat tersebut sejalan dengan strategi inovasi perseroan untuk memperbesar portofolionya agar mendapatkan nilai ekonomi lebih.
Ekspansi tersebut juga didorong oleh pemanfaatan implementasi harga gas industri di plant gate senilai US$6 per MMBtu sehingga menjadi peluang baru untuk bisnis perseroan.
“Jadi, nanti tidak hanya jualan bahan bakar. Kami usulkan kami masuk di portofolio hilir masuk ke industri petrokimia. Jadi, gas bisa dimanfaatkan jadi metanol ke DME [dimetil eter] dan seterusnya kemudian amonia dengan turunannya,” katanya dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR, Senin (6/7/2020).
Suko mengatakan bahwa dalam bisnis itu nantinya PGAS akan menggandeng subholding kilang yang ada di PT Pertamina (Persero).
Adapun, pada saat ini pihaknya tengah mengerjakan proyek tersebut dengan tahapan studi yang ditargetkan rampung 2022 atau 2023.
Baca Juga
Secara teknis, kata Suko, sumber gas murah yang akan dimanfaatkan itu akan bersumber dari Grissik di Sumatra Selatan dan dari Jambaran Tiung Biru yang ada wilayah Jawa Timur.
“Kami batasi portofolio 5 persen—15 persen karena itu bukan bisnis kami, itu bisnis kerja sama dengan subholding kilang,” katanya.