Bisnis.com, JAKARTA – Aktivitas manusia acap kali mengakibatkan kerusakan lingkungan, termasuk kerusakan sungai-sungai.
Manusia secara sengaja maupun tidak memanfaatkan lahan-lahan disekitar maupun di sungai itu sendiri secara sembarang sehingga sungai tersebut menjadi rusak. Maka jadilah sungai terkontaminasi, jika awalnya air sungai bisa digunakan kemudian lama-lama berubah menjadi keruh dan bahkan bau.
Biota air pun terkena dampak, ikan yang semula banyak berumah di sungai itu kemudian menghilang bahkan punah. Walaupun kondisi sungai mulai tidak sehat, para peneliti meyakini sungai-sungai ini masih bisa direstorasi.
Peneliti observasi ekologi dan konservasi lahan basah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Daru Setyo Rini, rekayasa ekohidraulika menjadi salah satu jalannya.
"Sungai di Singapura, Kallang River Ang Mo Kio ini direstorasi oleh pemerintah setempat. Awalnya tempat aliran air ini di dam, kemudian dirubah dengan rekayasa ekohidraulika menjadi lebih natural. Kami di Indonesia juga sudah mencoba rekayasa ekohidraulika di beberapa tempat," ungkap Daru melalui webinar yang diselenggarakan LIPI pada Rabu (21/10/2020).
Rekayasa ekohidraulika merupakan pengelolaan sumber daya air agar mampu memelihara ekosistem alami dan memenuhi kebutuhan pemanfaatan sumber daya alam untuk mendukung pembangunan dan kesejahteraan manusia.
Menurutnya, rekayasa ekohidraulika sudah dicobakan di beberapa sungai dan membuahkan hasil yang yang baik. Contohnya di daerah Jawa Timur, taman klubuk riparian di Desa Wringinanom Gresik dan juga Sungai Silowo Tuban.
Melalui kedua tempat ini, peneliti dan warga sekitar melakukan rekayasa ekohidraulika dengan cara memperkuat tebing alami. Awalnya tebing disekitar sungai mengalami erosi di beberapa titik. Tebing ini diperkuat dengan cara ecoriprap.
Mereka memanfaatkan batu-batu alam, kayu maupun bambu dari sekitar. Batu alam ini diletakkan di pinggir sungai kemudian kayu atau bambu ini ditancapkan di sisi sungai agar batu tidak terbawa arus sungai.
Setelah itu, di atas tebing ditanami tanaman-tanaman lokal yang juga berfungsi memperkuat sekaligus menjadi sumber makanan bagi mikroorganisme sungai yang nanti akan dimakan oleh ikan atau makhluk hidup lainnya. Akar-akar tumbuhan atau pohon yang ditaman juga bisa menjadi tempat biota laut berlindung.
Setelah rekayasa ekohidraulika ini dilakukan hasilnya yang terlihat adalah ikan disekitar tempat itu bertambah hingga 54,25 persen.
Selain itu di Wringinanom Gresik juga ditemukan ikan langka jenis bloso, palung, berot yang tidak ditemukan saat lima tahun terakhir sebelum rekayasa ekohidraulika.