Bisnis.com, JAKARTA—Konsultan Properti Jones Lang LaSalle (JLL) memperkirakan pengembang rumah tapak masih akan aktif membangun hunian di tengah pandemi. Tingginya permintaan membuat rumah tapak menjadi salah satu sektor properti yang bergairah di kuartal II/2021.
Head of Research Jones Lang LaSalle (JLL) Yunus Karim mengatakan bahwa permintaan rumah tapak di semester I/2021 masih tetap tinggi, melanjutkan tren positif yang terjadi sejak tahun lalu.
Makin beragamnya produk rumah tapak yang ditawarkan pengembang saat ini menjadi salah satu faktor pendorong tumbuhnya penjualan di kuartal II/2021.
“Sejak tahun lalu keaktifan pengembang untuk menciptakan produk ini mendapatkan respon yang bagus dari pasar, sehingga kondisi itu berlanjut di semester I tahun ini,” ujarnya dalam media briefing secara virtual, Kamis (22/7/2021).
Permintaan rumah tapak, kata dia, didominasi oleh end user, sehingga membuat sektor tersebut mampu bertahan selama pandemi. Selain itu, keterjangkauan harga produk juga membuat rumah tapak masih diminati konsumen.
“Salah satu alasan rumah tapak punya performa yang cukup baik adalah kami mencatat pada semester I/2021 hampir 80 persen yang terjual memiliki harga di bawah Rp1,3 miliar,” ujarnya.
Yunus menuturkan, minat konsumen pada rumah tapak juga disebabkan reputasi para pengembang dan fasilitas yang ditawarkan di properti tersebut.
Tidak hanya itu, stimulus pemerintah berupa insentif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Ditanggung Pemerintah (DTP) juga membuat produk rumah tapak sangat diminati.
“Insentif pemerintah, ditambah lagi adanya program promo dari pengembang berdampak signifikan pada meningkatnya minat akan rumah tapak,” jelasnya.
Pada semester I/2021, lanjutnya, terdapat penambahan 7.800 meter persegi rumah tapak dan 37.700 unit yang belum selesai ditawarkan di pasar.
Dengan melihat kondisi permintaan masih cukup tinggi, Yunus memperkirakan, para pengembang yang mempunyai cadangan lahan luas, masih akan terus aktif menawarkan rumah tapak kepada konsumen hingga akhir 2021.
Head of Advisory JLL Vivin Harsanto menambahkan, rumah tapak masih menjadi salah satu segmen yang bertahan di tengah pandemi. Minat pasar juga terlihat masih cukup tinggi dalam merespons peluncuran produk baru oleh pengembang.
“Permintaan yang didominasi oleh pengguna akhir dan keterjangkauan harga menjadi salah satu faktor yang membuat sektor ini tetap memiliki performa yang baik. Selain itu, insentif PPN, relaksasi Loan to Value, disertai dengan promosi dari pengembang, dan penawaran cara pembayaran yang variatif juga menunjang keberhasilan penjualan rumah tapak,” tuturnya.