Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inggris Putar Balik Kebijakan Moneter dan Fiskalnya

Menteri Keuangan Inggris Rishi Sunak akan menaikkan pajak dan memangkas anggaran untuk mengontrol defisit. Sementara itu, Gubernur Bank of England (BOE) Andrew Bailey telah memperingatkan akan ada kenaikan suku bunga dalam beberapa bulan mendatang.
Kanselir Inggris Rishi Sunak membawa anggaran yang akan digunakan untuk menopang ekonomi Britania Raya, Rabu (11/3/2020)/ Bloomberg - Simon Dawson
Kanselir Inggris Rishi Sunak membawa anggaran yang akan digunakan untuk menopang ekonomi Britania Raya, Rabu (11/3/2020)/ Bloomberg - Simon Dawson

Bisnis.com, JAKARTA - Inggris mulai mengurangi stimulus pandemi setelah dipuji menjadi negara yang paling cepat dan berani dalam memutuskan langkah respons dampak ekonomi dari Covid-19.

Dilansir Bloomberg pada Selasa (12/10/2021), Menteri Keuangan Inggris Rishi Sunak akan menaikkan pajak dan memangkas anggaran untuk mengontrol defisit. Sementara itu, Gubernur Bank of England (BOE) Andrew Bailey telah memperingatkan akan ada kenaikan suku bunga dalam beberapa bulan mendatang karena kenaikan harga yang terjadi lebih cepat.

Langkah tersebut akan menandai pengetatan besar-besaran secara simultan dari kedua tuas kebijakan hanya beberapa bulan setelah resesi terbesar dalam satu abad.

Namun, analis menilai keputusan tersebut dapat membuat Inggris menjadi outlier di panggung dunia setelah menderita kerugian ekonomi yang lebih besar daripada negara lainnya selama pandemi.

Peralihan yang terlalu cepat juga akan berisiko memperumit musim dingin bagi Inggris di mana pertumbuhan melambat, kekurangan tenaga kerja yang meluas, dan tingginya biaya hidup bagi masyarakat miskin.

“Kami berada di situasi Rishi Sunak dalam sisi fiskan dan BOE seperti sedang cepat-cepat keluar dari pintu keluar. Ini adalah tanda-tanda momentum itu pergi," ujar James Smith, eks ekonom senior BOE yang sekarang Direktur Riset Resolution Foundation.

Ekonomi Inggris diprediksi berkembang 6,8 persen tahun ini, tercepat di negara-negara G-7, menurut Dana Moneter Internasional (IMF). Namun, perbandingan perkiraan 2024 dan yang dibuat pada pra-pandemi 2019 menunjukkan bahwa Inggris berada di urutan terbawah.

Pengetatan kembar didorong oleh pergeseran prioritas untuk BOE dan Kementerian Keuangan. BOE memperkirakaninflasi melompat lebih dari 4 persen tahun ini, lebih tinggi dua kali lipat dari targetnya.

Hal itu telah mendorong para pembuat kebijakan untuk beralih dari merangsang pertumbuhan dan mempertimbangkan risiko kenaikan harga. Para ekonom menilai langkah ini adalah bagian dari upaya untuk meningkatkan kredibilitas bank dalam memerangi inflasi.

Sementara itu, Sunak yang menghabiskan miliaran untuk mendukung pekerjaan dan pendapatan selama krisis, beralih ke pengendalian utang. Dia menutup program cuti (furlough) yang melindungi upah bagi mereka yang tidak bekerja selama pandemi.

Dia juga akan membatalkan peningkatan sementara dalam manfaat kredit universal dan merencanakan kenaikan pajak yang substansial pada April. Suna menyebut pemberian lebih lanjut “tidak bermoral.”


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nindya Aldila
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper