Bisnis.com, JAKARTA – Kamar Dagang dan Industri (Kadin) meminta pemerintah meningkatkan efisiensi rantai pasok industri manufaktur yang berorientasi ekspor untuk menghasilkan produk berdaya saing di tengah potensi lonjakan beban produksi sepanjang 2022.
Koordinator Wakil Ketua Umum III Kadin bidang Maritim Investasi dan Luar Negeri Shinta W. Kamdani mengatakan, langkah itu mesti diambil untuk mengantisipasi lonjakan beban produksi pada tahun ini yang dipicu dari penyesuaian beban pajak hingga logistik yang masih berlanjut pada tahun ini.
“Karena tekanan perubahan beban pajak, beban nilai tukar terhadap impor, beban logistik ekspor yang dapat menyebabkan persaingan dagang lebih sulit untuk ekspor produk manufaktur nasional di pasar global,” kata Shinta melalui pesan tertulis, Kamis (10/2/2022).
Ihwal peningkatan efisiensi rantai pasok itu, Shinta mengatakan, pemerintah mesti berkomitmen untuk menurunkan biaya logistik, memfasilitasi kegiatan ekspor dan impor hingga pembiayaan perdagangan atau investasi industri berorientasi ekspor.
“Agar ekspor produk manufaktur nasional bisa lebih bersaing di pasar global dan meningkat secara volume dan nilai agar bisa mendorong penciptaan surplus perdagangan di 2022, meskipun proyeksinya kurang mendukung,” ujarnya.
Sebelumnya, Kementerian Perdagangan (Kemendag) memproyeksikan surplus neraca niaga pada tahun ini berada di posisi US$31,4 miliar hingga US$31,7 miliar.
Proyeksi itu mengalami penurunan sebesar 11,39 persen jika dibandingkan dengan torehan surplus 2021 di posisi US$35,44 miliar.
Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BP3) Kemendag Kasan Muhri mengatakan, penyesuaian proyeksi neraca niaga itu berdasar pada outlook harga komoditas global yang cenderung mengalami penurunan pada awal tahun ini.
“Kenaikan harga komoditas supercycle masih menjadi pendorong kenaikan nilai ekspor Indonesia. Namun, berkaca pada pengalaman sebelumnya, kondisi ini tidak akan bertahan lama,” kata Kasan melalui pesan WhatsApp, Rabu (9/2/2022).