Bisnis.com, JAKARTA - Komoditas karet dan barang dari karet termasuk yang mengalami penurunan nilai ekspor ke Rusia akibat konflik dengan Ukraina. Namun demikian, dampaknya masih terbatas ke industri dalam negeri.
Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor karet dan barang dari karet pada Maret 2022 hanya sebesar US$600.000, turun dari bulan sebelumnya US$7,3 juta. Adapun, ekspor komoditas tersebut selama kuartal I/2022 mencapai US$15,1 juta.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ban Indonesia (APBI) Aziz Pane mengatakan penurunan ekspor ke Rusia berdampak terbatas pada utilitas kapasitas produksi industri yang kini berada di angka 80 persen dari kapasitas terpasang 241 juta unit.
"[Ekspor ke Rusia] Tidak terlalu banyak kok, jadi tidak terganggu. Kami yang banyak kan ke Timur Tengah, Amerika," katanya saat dihubungi, Senin (25/4/2022).
Ekspor Indonesia ke Rusia sepanjang tahun lalu mencapai US$1,49 miliar. Sedangkan ekspor karet dan barang dari karet ke Negeri Beruang Merah sepanjang 2021 mencapai US$99,39 juta.
Sementara itu, permintaan ban di pasar ekspor masih terbatas karena terkendala kelangkaan kontainer yang belum mereda. Azis mengatakan pertumbuhan ekspor ban akan sangat bergantung pada kelancaran arus logistik dunia.
Baca Juga
Adapun, perbaikan utilitas kapasitas produksi pabrikan ban juga didorong pesanan untuk mobil listrik yang mulai berdatangan.
"Beberapa anggota sudah memenuhi permintaan baru dari mobil listrik. Walaupun ban biasa juga bisa, tetapi kan kami mau bikin ban untuk new market," jelasnya.
Produksi ban pada tahun lalu sudah mampu tumbuh antara 30 persen hingga 40 persen menjadi 193 juta unit. Dari jumlah tersebut, sekitar 79,5 juta unit untuk ban roda empat, 80 juta unit untuk sepeda motor, dan sisanya 33 juta unit untuk sepeda.
Adapun, serapan karet alam ke industri ban domestik diperkirakan stabil di angka 590.000 ton pada tahun ini, menyamai capaian pada tahun lalu. Azis mengatakan petani karet di dalam negeri masih menghadapi penyakit jamur daun yang menekan produktivitas.
Selain itu, musibah banjir yang terjadi di kantong-kantong lahan karet, juga dinilai akan menyulitkan pertumbuhan produksi. Di sisi lain, Kamboja tengah melipatgandakan pengapalan karetnya ke China, salah satu pasar tujuan ekspor terbesar Indonesia.