Bisnis.com, JAKARTA - Meski sejumlah sektor telah menikmati momentum pemulihan terutama jelang Lebaran, tak demikian dengan industri kimia dasar.
Ketua Umum Asosiasi Industri Kimia Dasar Anorganik (Akida) Michael Susanto Pardi mengatakan aliran investasi relatif masih stagnan karena utilitas kapasitas produksi yang belum membaik.
Sebelumnya, menurut data Kementerian Investasi/Badan Koordinasi dan Penanaman Modal (BKPM), investasi di sektor kimia dan farmasi melonjak 80 persen pada kuartal I/2022 menjadi Rp16,9 triliun.
"Sepertinya kenaikan ini dipicu oleh investasi di petrochemical saja. Sedangkan di kimia dasar, kapasitas masih rendah karena impact perang dan juga inflasi serta kenaikan bahan baku," kata Michael kepada Bisnis, Rabu (27/4/2022).
Dia mengatakan utilitas kapasitas produksi pada kuartal II/2022 ini justri turun di kisaran 40 persen hingga 60 persen, atau kembali ke awal masa pandemi pada 2020. Padahal, pada tahun lalu rata-rata utilitas kapasitas produksi sudah berada di kisaran 60 persen hingga 80 persen.
Penurunan utilitas tersebut disebabkan naiknya harga bahan baku dan permintaan yang juga belum mengalami perbaikan.
Baca Juga
"Demand sektor riil sepertinya melemah karena dampak inflasi dan lain-lain, plus cash flow industri juga tight karena bahan baku naik banyak," ujarnya.
Pada momentum jelang Lebaran ini, industri kimia dasar justru tak menikmati peningkatan permintaan. Utilitas kapasitas produksi juga diperkirakan belum akan membalik karena banyak industri meliburkan aktivitas produksi jelang Lebaran karena stok yang masih tinggi.
Tahun ini, Michael membidik pertumbuhan industri sebesar 5 persen hingga 7 persen. Realisasi kinerja industri pada tahun lalu diperkirakan tumbuh antara 3 persen hingga 5 persen.