Bisnis.com, JAKARTA – Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia memprediksi neraca perdagangan Indonesia pada April 2022 masih mengalami surplus.
Ekonom CORE Indonesia Yusuf Rendy Manilet memperkirakan surplus berada di kisaran US$4,1 miliar hingga US$4,2 miliar, sedikit lebih lambat dibandingkan kondisi surplus pada bulan sebelumnya.
Dari sisi ekspor, pertumbuhan ekspor akan berada di kisaran 35 hingga 40 persen secara (year-on-year/yoy).
"Pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan harga komoditas seperti CPO dan batu bara yang mengalami peningkatan di April kemarin," kata Yusuf kepada Bisnis, Senin (16/5/2022).
Namun, perlambatan ekspor juga dipengaruhi oleh permintaan dari China yang sedikit melambat akibat penyebaran kasus Covid-19 yang mengalami peningkatan.
Mengenai pelarangan ekspor bahan baku minyak goreng, Yusuf mengatakan pelarangan tersebut sudah berpengaruh terhadap kinerja ekspor pada April 2022. Tetapi, belum berpengaruh secara penuh lantaran kebijakan pelarangan tersebut baru diberlakukan pada akhir April lalu.
Kemudian dari sisi impor, pertumbuhan juga masih terjadi di kisaran 30 sampai 35 persen secara tahunan. Peningkatan impor, kata Yusuf, disebabkan oleh peningkatan permintaan masyarakat dalam rangka pemenuhan kebutuhan selama bulan Ramadan.
Hal yang perlu diwaspadai kedepannya adalah dampak dari pelarangan ekspor CPO. Selain itu, Yusuf mengingatkan bahwa harga komoditas yang lain juga berpotensi mengalami peningkatan, seiring dengan masih tingginya ketidakpastian akibat konflik geopolitik Rusia-Ukraina dan dampak setelah konflik tersebut berakhir.