Bisnis.com, JAKARTA – Dana Moneter Internasional (IMF) kembali memangkas outlook pertumbuhan ekonomi global untuk tahun ini dan tahun depan, sekaligus memperingatkan bahwa ekonomi akan segera berada di puncak resesi.
Dalam World Economic Outlook yang dirilis Selasa (26/7/2022), IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi ekonomi global kemungkinan melambat menjadi 3,2 persen tahun ini. Proyeksi ini turun dari perkiraan IMF pada April sebesar 3,6 persen dan 4,4 persen pada Januari.
“Kenaikan suku bunga yang dilakukan bank sentral untuk menahan inflasi diperkirakan akan menggigit berdampak pada tahun 2023, dengan pertumbuhan output global akan melambat menjadi 2,9 persen,” ungkap IMF dalam rilisnya.
Meskipun IMF masih memperkirakan pertumbuhan positif, hal itu tidak akan banyak membantu untuk meredam meningkatnya kekhawatiran akan surutnya ekspansi atau bahkan resesi langsung di negara-negara ekonomi utama. Hal ini karena percepatan kenaikan harga terus menggerogoti pendapatan, tabungan, dan laba.
“Outlook telah menjadi bursam secara signifikan sejak April. Dunia mungkin akan segera berada di jurang resesi global, hanya dua tahun setelah yang resesi terakhir," kata kepala ekonom IMF Pierre-Olivier Gourinchas, dikutip Bloomberg, Rabu (27/7/2022).
Indeks harga konsumen (IHK) secara konsisten naik lebih cepat dari yang diharapkan. IMF memperkirakan inflasi semakin cepat tahun ini karena biaya makanan dan energi yang lebih tinggi beriringan dengan ketidakseimbangan penawaran dan permintaan yang masih ada.
Baca Juga
IMF memproyeksikan IHK global meningkat 8,3 persen tahun ini, yang akan menjadi lompatan terbesar sejak 1996, sekaligus naik dari proyeksi sebelumnya sebesar 7,4 persen pada April.
Risiko yang dikhawatirkan IMF dalam World Economic Outlook edisi April terwujud, termasuk memburuknya perang di Ukraina, eskalasi sanksi terhadap Rusia, perlambatan ekonomi China yang lebih buruk dari perkiraan, wabah Covid-19 varian baru, dan gelombang inflasi yang memaksa bank sentral menaikkan suku bunga.
“Dan risiko terhadap prospek yang direvisi sangat condong ke sisi bawah,” ungkap IMF.
Di antara kebanyakan kekhawatiran adalah potensi penghentian tiba-tiba impor gas Eropa dari Rusia karena perang, inflasi yang bertahan lama, dan eskalasi krisis properti China.
Penurunan prospek pertumbuhan sudah luas, tetapi proyeksi pertumbuhan ekonomi AS mendapat pukulan terbesar. IMF memangkas outlook ekonomi AS sebesar 1,4 poin persentase terhadap perkiraan April menjadi 2,3 persen karena pertumbuhan yang lebih rendah awal tahun ini, penurunan daya beli rumah tangga, dan pengetatan kebijakan moneter.
Gourinchas mengatakan bahwa meskipperkiraan kasus dasar IMF adalah agar AS menghindari resesi, jalan untuk melakukannya sempit, dan bahkan kejutan kecil dapat mengarahkan ekonomi ke dalam resesi teknis, atau kontraksi dua kuartal berturut-turut.