Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Permata Tbk. (BNLI) menilai bahwa tensi geopolitik yang saat ini terjadi, baik antara Rusia dan Ukraina, maupun yang terbaru di Taiwan antara China dan Amerika Serikat, akan membawa dampak tersendiri bagi perekonomian Indonesia.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menjelaskan bahwa Indonesia berhasil mencatatkan pertumbuhan ekonomi 5,44 persen pada kuartal II/2022. Kinerja positif itu ditorehkan di tengah tekanan global yang tinggi, terutama dalam hal harga komoditas.
Meskipun begitu, Josua menilai Indonesia perlu berhati-hati terhadap tensi geopolitik yang dapat berimbas terhadap perekonomian. Apalagi, saat ini tensi geopolitik bukan hanya ada di Eropa Timur, tetapi juga di Asia pasca kunjungan Ketua DPR Amerika Serikat Nancy Pelosi ke Taiwan.
"Meskipun Indonesia sebagian besar ekonominya masih mengandalkan konsumsi domestik, tentu perekonomian global juga dapat berdampak pada perekonomian Indonesia. Paling tidak terdapat beberapa transmisi dampak dari geopolitik global terhadap perekonomian domestik," ujar Josua, Jumat (5/8/2022).
Menurut Josua, transmisi dampak geopolitik yang bisa memengaruhi Indonesia pertama ada dari pasar keuangan. Sentimen risk-off terhadap pasar negara berkembang dapat mengakibatkan aliran modal keluar dari Indonesia yang mendorong pelemahan nilai tukar, kenaikan suku bunga pasar, dan penurunan kinerja pasar modal.
Kedua, dari pasar komoditas, fluktuasi harga komoditas global dapat berdampak pada perekonomian domestik. Ketika harga komoditas naik signifikan, memang cenderung akan berdampak positif terhadap ekonomi, tetapi kenaikan inflasi tetap membayangi.
Baca Juga
Ketiga, dari sisi perdagangan, dampak kondisi geopolitik global juga dapat berdampak terhadap kinerja perdagangan. Menurut Josua, hal tersebut bisa muncul sebagai dampak dari trade diversion dari negara-negara yang berkonflik.
"Beberapa konflik geopolitik global saat ini, seperti perang Rusia-Ukraina, dan yang baru-baru ini terjadi antara Amerika Serikat dan China akibat kunjungan Ketua DPR Amerika Serikat ke Taiwan, berpotensi mempengaruhi kinerja sisi eksternal Indonesia," kata Josua.