Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Antisipasi Lonjakan Permintaan CPO dari India, Pelaku Usaha Sebut Stok Cukup

Potensi permintaan besar CPO oleh India dinilai tidak akan mengganggu stok dalam negeri. Saat ini produksi CPO dalam kondisi aman sebanyak 3 juta ton per bulan.
Lahan Sawit. /PTPN V
Lahan Sawit. /PTPN V

Bisnis.com, JAKARTA – Pelaku usaha minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) mengaku siap bila nantinya terjadi lonjakan permintaan dari India, seperti yang disebutkan oleh Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan.

Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Eddy Martono menyampaikan pihaknya siap bila nantinya terjadi lonjakan permintaan CPO dari India pada perayaan Deepavali pada Oktober mendatang.

“Produksi tidak ada masalah. Artinya dengan penambahan pembelian dari India masih dapat dipenuhi,” ujarnya, Selasa (30/8/2022).

Eddy menyebut saat ini produksi CPO dalam kondisi aman sebanyak 3 juta ton per bulan. Sementara saat ini, stok CPO oleh anggota Gapki ada sekitar 5 juta ton.

Selain menyambut perayaan Deepavali, sebelumnya Mendag Zulhas telah menandatangi perjanjian dagang bersama India, yakni penambahan pembelian CPO sebanyak 2,6 juta ton atau senilai US$3,16 miliar. Melihat stok dan produksi CPO saat ini, artinya tidak akan terjadi masalah dengan penambahan pembelian tersebut.

“Menurut informasi penambahan pembelian dari India sekitar 2,6 juta ton, jadi seharusnya tidak ada masalah,” lanjut Eddy.

Sementara dalam antisipasi lonjakan tersebut, pengusaha kelapa sawit bersiap dengan melakukan kontrak kapal dalam waktu dekat.

Mendag Zulhas saat kunjungannya ke India pada Senin, (22/8/2022), mengajak eksportir CPO Indonesia untuk bersiap mengantisipasi lonjakan permintaan di India, khususnya menjelang hari raya Deepavali pada 24 Oktober 2022.

Sebagai informasi, India merupakan salah satu tujuan utama ekspor minyak kelapa sawit (CPO) Indonesia.

Pada 2021 nilai perdagangan nonmigas kedua negara mencapai US$19,8 miliar atau naik 42,7 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Minyak sawit menjadi komoditas kedua tertinggi yang dieskpor yakni dengan kontribusi 13 persen atau US$3,3 miliar.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper