Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) optimistis industri logistik tetap melaju positif di tengah isu kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang berimbas ke peningkatan harga barang konsumsi.
Ketua Umum ALFI Yukki Nugrahawan Hanafi menuturkan efek domino BBM subsidi naik akan mengerek harga barang konsumsi. Kondisi ini, sebutnya, cukup berat terutama karena inflasi menjadi perhatian khusus bagi pemerintah untuk tetap ditekan. Belum lagi jika merembet pada sentimen negatif luar negeri, seperti kurs.
"Namun ALFI masih tetap meyakini proyeksi pertumbuhan bisnis logistik 2022 dan 2023 tetap tumbuh positif, karena masih didukung kekuatan konsumsi domestik," ujarnya, Senin (5/9/2022).
Saat ini, persoalan ketidakseimbangan suplai dan permintaan terhadap BBM Solar bersubsidi untuk angkutan barang dan logistik menjadi masalah serius hingga ke daerah-daerah.
Bahkan, ujar Yukki, di daerah-daerah yang mengalami persoalan itu ALFI sduah menginisiasi untuk mengambil peran dan berinovasi dalam membantu PT Pertamina (Persero) untuk mengurai masalah ini.
Menghadapi kondisi tersebut, ia juga mendorong terwujudnya ekosistem logistik sebagai solusi jangka panjang mengatasi persoalan logistik sebagai bagian dari supply chain.
Baca Juga
Komitmen dalam efisiensi layanan logistik menjadi tolok ukur efektifnya kinerja logistik dan dukungan industri lainnya.
Bisnis logistik, sebutnya, sangat bergantung terhadap industri lain yang menggunakan jasa ini. Dengan demikian, apabila terdapat efisiensi di sisi produsen sebagai konsumen berarti akan ada efisiensi di dalam bisnis logistik.
"Multi sektor dan kelembagaan perlu memastikan bisnis logistik berkelanjutan. Misalnya tidak hanya Kemenhub, tapi ada kemendag, kemenperin, kemenkeu, dan lainnya," tekannya.
Di sisi lain, dia tak menampik bahwa imbas penaikan harga BBM bersubsidi akan berpotensi menekan kinerja logistik nasional.
"Kinerja logistik akan alami tekanan sangat besar, karena saya sampaikan tadi komponen BBM dalam angkutan darat cukup tinggi. Apalagi, distribusi barang dengan moda trasnportasi darat secara nasional masih didominasi angkutan darat," ujarnya.
Belum lagi, kata dia, respons pasar pengguna angkutan, yang pada dasarnya free market, seakan tidak peduli dan membebankan pergeseran harga akibat kenaikan harga BBM kepada pelaku penyedia jasa angkutan.