Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Dunia Wanti-Wanti Resesi Global dan Krisis Keuangan Terjadi pada 2023

Bank Dunia menilai bahwa langkah serantak bank sentral di seluruh dunia dalam menaikkan suku bunga berisiko menimbulkan resesi global dan krisis keuangan.
Presiden Bank Dunia David Malpass berbicara dalam sebuah konferensi pers dalam Spring Meetings of the World Bank Group and IMF di Washington, AS, Kamis (11/4/2019)./Reuters-James Lawler Duggan
Presiden Bank Dunia David Malpass berbicara dalam sebuah konferensi pers dalam Spring Meetings of the World Bank Group and IMF di Washington, AS, Kamis (11/4/2019)./Reuters-James Lawler Duggan

Bisnis.com, JAKARTA — Bank Dunia atau World Bank menilai bahwa terdapat risiko terjadinya resesi global dan krisis keuangan negara berkembang pada 2023, akibat serentaknya langkah bank sentral di seluruh dunia dalam menaikkan suku bunga sebagai respons terhadap inflasi.

Berdasarkan studi Bank Dunia, bank sentral di seluruh dunia telah menaikkan suku bunga acuannya sepanjang 2022. Terdapat sinkronisitas kebijakan moneter antarnegara—sesuatu yang tidak terlihat dalam lima dekade terakhir—yang kemungkinan masih akan berlanjut hingga tahun depan.

Bank Dunia menilai bahwa kebijakan yang sinkron di banyak negara justru dapat memperparah dan memperketat kondisi keuangan, bahkan mempertajam perlambatan pertumbuhan ekonomi global. Pembuat kebijakan di negara-negara berkembang pun harus mampu mengelola risiko dari pengetatan moneter yang saling terhubung secara global.

Lembaga itu pun menilai bahwa kenaikan suku bunga dan berbagai kebijakan yang ada tidak cukup untuk membawa inflasi global ke tingkat sebelum pandemi Covid-19. Bank sentral mungkin perlu menaikkan suku bunga hingga 2 poin persentase untuk menekan inflasi global.

"Pertumbuhan global melambat tajam, dengan kemungkinan perlambatan lebih lanjut karena lebih banyak negara jatuh ke dalam resesi. Kekhawatiran mendalam saya adalah bahwa tren ini akan bertahan, dengan konsekuensi jangka panjang yang menghancurkan orang-orang di pasar negara berkembang dan ekonomi berkembang," ujar Presiden Grup Bank Dunia David Malpass dalam keterangan resmi, dikutip pada Senin (19/9/2022).

Menurutnya, untuk mencapai tingkat inflasi yang rendah, para pemangku kebijakan harus menjaga stabilitas mata uang dan mendorong pertumubuhan lebih cepat. Arah kebijakan suatu negara harus mengalihkan fokusnya dari mengendalikan konsumsi menjadi meningkatkan produksi.

"Kebijakan harus berusaha untuk menghasilkan investasi tambahan dan meningkatkan produktivitas dan alokasi modal, yang sangat penting untuk pertumbuhan dan pengurangan kemiskinan," ujar David.

Sementara itu, Wakil Presiden Bank Dunia untuk Pertumbuhan, Keuangan, dan Institusi Berkeadilan Ayhan Kose menilai bahwa kebijakan yang ada sepanjang tahun ini dapat membantu mengurangi inflasi dalam jangka pendek. Meskipun begitu, perlu usaha lebih untuk menekan inflasi ke tingkat sebelum pandemi Covid-19.

"Pengetatan kebijakan moneter dan fiskal baru-baru ini kemungkinan akan terbukti membantu dalam mengurangi inflasi," ujar Kose.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper