Bisnis.com, JAKARTA – Bank sentral Korea Selatan memperlambat laju kenaikan suku bunga acuan di tengah upaya meredakan tekanan terhadap ekonomi dan pasar kredit sambil menjaga inflasi tetap terkendali.
Dilansir dari Bloomberg pada Kamis (24/11/2022), Bank of Korea (BOK) memutuskan kenaikan suku bunga 7-day reverse repo rate sebesar 25 basis poin menjadi 3,25 persen. Keputusan ini sejalan dengan perkiraan 15 dari 17 ekonom yang disurvei Bloomberg.
Sementara itu, BOK juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun 2023 akan melambat jadi 1,7 persen, turun dari proyeksi pada Agustus sebesar 2,1 persen. Pemangkasan proyeksi pertumbuhan ini didorong oleh perlambatan pertumbuhan ekonoim global dan dampak kenaikan suku bunga acuan.
Langkah bank sentral Korsel memperlambat laju kenaikan suku bunga mencerminkan kekhawatiran di antara pembuat kebijakan tentang kegagalan pasar kredit yang dipicu oleh default pengembang milik pemerintah daerah.
BOK juga khawatir bahwa kenaikan besar-besaran lebih lanjut yang berlebihan dapat meredam pertumbuhan ekonomi pada saat ekspor turun. Padahal, negara ini sangat bergantung pada perdagangan ekspor.
BOK menaikkan suku bugna acuan 50 bps sebanyak dua kali tahun ini untuk mengimbangi Federal Reserve dan membendung depresiasi mata uang won. Sinyal bank sentral AS terhadap potensi penurunan laju pengetatannya memberikan ruang bagi BOK, ditambah dengan penguatan won dari level terendah 13 tahun dalam beberapa pekan terakhir.
Baca Juga
Inflasi tetap menjadi perhatian utama bagi bank sentral Korea setelah naik tipis menjadi 5,7 persen pada Oktober. BOK memperkirakan pertumbuhan indeks harga konsumen tetap meningkat dalam kisaran 5 persen untuk beberapa waktu, meskipun mereka tidak memperkirakan inflasi akan naik secara signifikan lebih dari itu.
Inflasi berdambak besar bagi pasar perumahan Korea, dengan suku bunga yang lebih tinggi memberikan tekanan pada harga properti dan utang. Kredit konsumer Korsel meningkat pada laju paling lambat pada kuartal terakhir, dimpimpin oleh pinjaman KPR.
Namun, BOK sekarang memperkirakan inflasi mencapai 3,6 persen tahun depan, sedikit lebih rendah dari perkiraan pada bulan Agustus.