Protes China tersebut diungkapkan oleh Anggota DPR RI Komisi I Muhammad Farhan. Adapun, penolakan Pemerintah China itu disampaikan dalam nota diplomatik dengan alasan, Indonesia melakukan pengeboran di wilayah yang diklaim Beijing sebagai bagian dari hak bersejarahnya.
Dia membahas hal itu sebagai bahan pelengkap dari laporan Badan Keamanan Laut (Bakamla) mengenai kapal-kapal China di seputar lokasi pengeboran.
“Kemudian diungkapkan bahwa kehadiran kapal-kapal Tiongkok disertai komunike diplomatik [dalam bentuk surat] mengenai protes pemerintah Tiongkok,” ujarnya.
Lebih lanjut, Farhan mengatakan DPR RI mendukung mendukung sikap pemerintah untuk menjaga dan mempertahankan wilayah kedaulatan Indonesia yang sudah diakui oleh UNCLOS. Baik secara operasional di lapangan maupun secara diplomatik.
Kala itu, Juru bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia (Kemenlu) Teuku Faizasyah mengaku tidak bisa mengonfirmasi lebih lanjut soal protes China tersebut. Dia menyebut, nota diplomatik bersifat tertutup.
“Saya tidak bisa mengkonfirmasi berita yang beredar tersebut. Komunikasi diplomatik, terlebih lagi yang tertulis bersifat tertutup dan sesuai ketentuan baru bisa dibuka ke publik setelah periode yang lama,” ujarnya saat dihubungi, Kamis (2/12/2021).
Baca Juga
Gas dari Blok Tuna Diekspor ke Vietnam
Selain itu, fakta menarik yang perlu diketahui adalah bahwa produksi gas dari Blok Tuna bakal diekspor ke Vietnam. Pemerintah menargetkan bisa mengekspor gas ke Vietnam pada 2026 mendatang.
Menteri ESDM Arifin Tasrif belum memerinci berapa besaran volume gas yang akan dieskpor. Namun, dia mengungkapkan bahwa potensi gas yang dihasilkan di Blok Tuna berkisar 100-150 million standard cubic feet per day (MMscfd).
“Potensinya di sana 100-150 MMscfd. Kami sih targetnya 2026 sudah bisa ekspor,” tutur Arifin saat berbincang dengan media di Kementerian ESDM, Jumat (23/12/2022).
Dia menuturkan, ekspor gas ke Vietnam lebih menguntungkan ketimbang harus menyalurkan gasnya ke Indonesia. Hal ini lantaran Blok Tuna lebih dekat dengan Vietnam. Nantinya, akan dibangun pipa gas untuk menyalurkan gas tersebut ke Vietnam.
Berdasarkan catatan Bisnis, fasilitas produksi terdekat dari Blok Tuna yang berada di perairan Indonesia adalah di wilayah kerja Natuna Sea Block A yang berjarak sekitar 385 kilometer (km). Alhasil, pengembangan lapangan Tuna bisa menjadi tidak ekonomis jika disalurkan ke Indonesia memakai fasilitas tersebut.
Sebelumnya, Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Vietnam juga telah bekerja sama untuk meningkatkan nilai keekonomian pengembangan Blok Tuna. Kedua negara telah melakukan memorandum of understanding (MoU) terkait pemanfaatan gas dari Blok Tuna.
"Prinsipnya dengan Vietnam, kita mengoptimalkan potensi-potensi di perbatasan kedua negara termasuk energi maupun sumber daya alam lainnya. Sekarang memang ada aktivitas di Blok Tuna yang rencananya mau produksi gas karena dekat Vietnam makanya mau diekspor," jelas Arifin.