Bisnis.com, JAKARTA - Performa subsektor perkantoran di area central business district (CBD) Jakarta mulai menunjukkan perbaikan. Hal ini ditandai dengan naiknya tingkat hunian dari 73,3 persen pada semester I/2022 menjadi 74,11 persen di akhir 2022.
Senior Research Advisor Knight Frank Indonesia, Syarifah Syaukat, mengatakan peningkatan okupansi kantor di CBD Jakarta ditopang oleh sektor logistik yang menjadi penyumbang okupansi yang cukup agresif di akhir tahun 2022.
"Tercatatnya okupansi dari sektor logistik yang agresif di akhir tahun 2022 juga turut memberikan secercah harapan untuk pertahanan di sektor perkantoran CBD Jakarta ke depannya," kata Syarifah, Kamis (23/2/2023).
Tak hanya itu, laporan Jakarta Property Highlight 2H 2022 dari Knight Frank Indonesia mencatat terdapat dua pasokan gedung baru yakni Rajawali Place di Kuningan seluas 54.850 meter persegi dan Menara BRI di Gatot Subroto seluas 110.000 meter persegi.
Bertambahnya 2 gedung kantor di CBD Jakarta membuat total pasokan saat ini mencapai 6,99 juta meter persegi. Adapun, permintaan ruang masih stagnan sepanjang 2022 di angka 87 persen.
“Stok perkantoran yang masih terus bertambah di tengah kondisi ekonomi yang masih dalam proses pemulihan memberikan tantangan berkelanjutan untuk sektor perkantoran di Jakarta saat ini," jelasnya.
Di satu sisi, pencabutan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) menjadi sinyal positif terhadap perbaikan performa subsektor perkantoran di area Central Business District (CBD) Jakarta.
Namun, seiring dengan munculnya potensi resesi global, tingkat kewaspadaan konsumen pun turut kembali menguat dan berimplikasi pada tertahannya ekspansi dari perusahaan global pada ruang-ruang kantor di CBD Jakarta.
Meski demikian, tercatatnya okupansi dari sektor logistik yang agresif di akhir 2022 juga turut memberikan secercah harapan untuk pertahanan di sektor perkantoran CBD Jakarta ke depannya.
Selain sektor logistik, terdapat beberapa sektor lain yang juga cukup potensial dalam mendorong pertumbuhan tingkat okupansi di sektor perkantoran, di antaranya yaitu sektor information technology (IT), fintech, pertambangan, asuransi, agribisnis, otomotif, minyak dan gas, energi, industri kesehatan, dan perdagangan.
Laporan Knight Frank juga menunjukkan adanya optimisme pasar meskipun saat ini harga sewa gedung perkantoran di Jakarta masih stagnan dan cenderung melemah hingga 6 persen.
Secara rinci, harga sewa gedung kantor premium yakni Rp284.725 per meter persegi, gedung Grade A seharga Rp241.584 per meter persegi, Grade B seharga Rp181.427 per meter persegi, dan Grade C seharga Rp143.562 per meter persegi.
Deretan proyek gedung perkantoran baru yang memiliki harga sewa cenderung lebih tinggi seperti gedung berkonsep ramah lingkungan, tercatat masih mendominasi untuk masuk menambah pasokan. Menurut laporan, terdapat 3 dari 5 gedung perkantoran yang akan hadir hingga 2025 merupakan gedung berkonsep green building.
Country Head dari Knight Frank Indonesia, Willson Kalip, menuturkan meski masih dalam masa yang penuh tantangang, tapi seluruh pemangku kepentingan telah mampu memperbaiki performa sektor perkantoran CBD Jakarta.
"Pemangku kepentingan berupaya untuk pivoting toward opportunities untuk memperbaiki performa sektor perkantoran CBD Jakarta di akhir tahun 2022 lalu, tahun ini diharapkan perbaikan dapat terus berlanjut positif," ungkapnya.