Bisnis.com, JAKARTA - Okupansi perkantoran di Jakarta masih belum pulih usai pandemi Covid-19. Okupansi perkantoran di Jakarta masih tertahan di level 70% pada kuartal III/2023.
Laporan Jones LangLaselle (JLL) Indonesia, mencatat okupansi perkantoran khususnya di kawasan CBD Jakarta pada kuartal III/2023 masih stagnan di level 70%.
Head of Research JLL Indonesia, Yunus Karim menjelaskan, stabilitas tingkat hunian area perkantoran juga tercermin di kawasan non-CBD dengan tingkat okupansi mencapai 71%.
"Permintaan yang relatif masih terbatas dan perpindahan tenant menuju gedung yang lebih baru dengan kualitas yang lebih baik masih menjadi penyebab utama," kata Yunus dalam agenda media briefing di Jakarta, Rabu (18/10/2023).
Mengutip data yang dibagikan, JLL mencatat total penambahan suplai ruang perkantoran di kawasan CBD Jakarta mencapai 41.600 meter persegi. Dengan demikian, total suplai ruang perkantoran di area CBD Jakarta mencapai 7 juta meter persegi.
Seiring dengan suplai yang terus bertambah, tingkat sewa ruang perkantoran terpantau mengalami penurunan. Di mana, tingkat sewa grade A area kantor susut 1,9 persen dibandingkan kuartal sebelumnya dengan rata-rata Rp207.580 per meter persegi.
Baca Juga
"Sementara harga sewa terus mengalami tekanan secara keseluruhan, kami mulai mengamati beberapa gedung dengan kualitas yang lebih tinggi dan tingkat hunian di atas rata-rata untuk mempertahankan harga sewanya," tambah Yunus.
Sementara itu, untuk kawasan non-CBD hingga periode 9 bulan pertama 2023 tidak tercatat adanya tambahan suplai. Namun demikian harga sewa juga terpantau mengalami penyusutan 0,57 persen dibanding kuartal sebelumnya.
Adapun, rata-rata harga sewa untuk area perkantoran non-CBD tercatat di level Rp105.870 per meter persegi.
Sementara itu, Head of Office Leasing Advisory JLL Indonesia, Angela Wibawa, mengatakan bahwa aktivitas pencarian ruang perkantoran tetap aktif terlihat di triwulan ketiga tahun 2023 yang berasal dari berbagai sektor, khususnya di gedung-gedung yang lebih baru dan memiliki kualitas yang lebih baik.
"Beberapa tren yang masih berlangsung d iantaranya adalah perusahaan menerapkan strategi penghematan biaya sehingga tetap merumuskan formula yang tepat dalam menentukan besaran kebutuhan ruang perkantoran mereka," tuturnya.
Dengan permintaan yang relatif terbatas, Angela menambahkan, pemilik gedung menerapkan strategi-strategi untuk tetap kompetitif baik untuk mempertahankan maupun menaikkan tingkat hunian mereka.
"Situasi ini secara umum membuat harga sewa masih tetap tertekan, akan tetapi kami mulai melihat beberapa gedung yang memiliki kualitas lebih baik dan tingkat hunian yang juga diatas rata-rata pasar, mulai menahan harga sewa mereka tetap stabil," pungkas Angela.