Bisnis.com, INCHEON – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan saran IMF tentang konsistensi pengetatan moneter ditujukan pada negara-negara maju yang bergantung pada instrumen moneter untuk mengatasi inflasi dalam negerinya.
Menurutnya, negara-negara seperti di Indonesia memecahkan masalah inflasi tidak hanya dari sisi kebijakan moneter, tetapi juga sisi penawaran, yakni produksi dan distribusi.
“Pesan IMF untuk tetap menggunakan instrumen moneter mungkin tepat untuk negara-negara maju yang dia menggunakan instrumen moneter untuk mengontrol atau mengendalikan agregat demand-nya dengan menggunakan likuiditas maupun interest rate,” ujarnya di sela-sela Pertemuan Tahunan Ke-56 ADB di Incheon, Korea Selatan, Rabu (3/5).
Dia memberi contoh Korea Selatan yang inflasi intinya tetap tinggi melebihi inflasi umum, sehingga menggunakan instrumen moneter untuk menangani masalah itu.
Sri Mulyani mengatakan fokus Indonesia untuk menemukan keseimbangan antara penanganan di sisi permintaan (kebijakan moneter) dan di sisi penawaran (produksi dan distribusi) berhasil menjinakkan inflasi, baik inflasi inti maupun inflasi umum.
Inflasi umum tercatat 4,33 persen year-on-year (YoY) pada April, turun dari 4,97 persen YoY bulan sebelumnya. Inflasi inti terekam 2,83 persen YoY, lebih rendah dari angka pada bulan sebelumnya 2,94 persen.
Baca Juga
Kolaborasi kebijakan moneter dan fiskal diluncurkan dengan melihat sumber inflasi. Dari sisi kebijakan fiskal, pemerintah memberikan insentif kepada pemerintah daerah untuk mengurangi sumber-sumber inflasi, seperti masalah pada transportasi dan distribusi pangan yang berasal dari suplai.
IMF sebelumnya mendorong bank sentral global untuk setia di jalur pengetatan moneter hingga inflasi inti menuju target. Lender of the last resort itu melihat inflasi mungkin akan menjadi lebih cepat daripada yang diantisipasi oleh otoritas moneter saat ini.