Bisnis.com, JAKARTA — Inflasi cenderung menurun menjelang pelaksanaan pemilihan umum atau pemilu, berdasarkan riset atas empat gelaran pesta demokrasi yang lalu di Indonesia. Salah satu penyebabnya, pemerintah berupaya menjaga harga domestik menjelang pemilu.
Ekonom senior DBS Bank Radhika Rao menjelaskan bahwa pihaknya melakukan analisis tren ekonomi dan pasar Indonesia dalam pelaksanaan pemilu 2004, 2009, 2014, dan 2019. Berdasarkan riset itu, terdapat pola yang berulang, termasuk soal inflasi.
DBS menemukan bahwa dalam pelaksanaan empat pemilu terakhir, terdapat kecenderungan penurunan inflasi ritel menjelang hari pelaksanaan pencoblosan. Setelah itu, inflasi relatif stabil tetapi mulai naik kembali satu kuartal setelah pelaksanaan pemilu.
"Tindakan di luar langkah administratif untuk melindungi harga domestik dari guncangan suplai atau guncangan eksogen kemungkinan besar membantu menjaga inflasi tetap terkendali," ujar Rao dalam keterangan resmi, dikutip pada Jumat (19/5/2023).
Pergerakan harga komoditas juga kemungkinan besar berdampak terhadap kecenderungan inflasi Indonesia yang menurun menjelang pemilu. Rao menjelaskan bahwa kenaikan komoditas yang kuat di pasar global akan membuat pemerintah menyesuaikan harga bahan bakar bersubsidi di pasar domestik.
DBS memperkirakan bahwa gabungan dari The Fed yang berada dalam jeda kebijakan, kondisi rupiah yang stabil, inflasi terkendali, dan pasar global lebih tenang, kemungkinan memberikan kondisi umum yang kondusif bagi Bank Indonesia untuk beralih ke siklus pelonggaran.
Baca Juga
Pertumbuhan domestik juga diprediksi akan lebih kuat pada semester pertama 2023, sebelum melambat pada semester kedua karena unsur basis pertumbuhan, pemilu yang di ambang mata, dan ekspor yang melambat karena penurunan harga komoditas.
"Yang menggembirakan, inflasi akan terkoreksi tajam mulai Agustus/September [2023], sehingga memberikan sedikit kelegaan pada daya beli rumah tangga," ujar Rao.