Bisnis.com, JAKARTA — Keberlanjutan proyek Ibu Kota Nusantara (IKN) usai pemerintahan Presiden RI Joko Widodo pada 2024 menjadi pertanyaan sejumlah pihak.
Artikel berjudul Menerka Nasib Proyek IKN Pasca 2024 menjadi salah satu berita pilihan editor BisnisIndonesia.id hari ini. Selain berita tersebut, sejumlah berita menarik lainnya turut tersaji dari meja redaksi BisnisIndonesia.id.
Berikut ini highlight Bisnisindonesia.id, Selasa (18/7/2023):
1. Menerka Nasib Proyek IKN Pasca 2024
Keberlanjutan proyek Ibu Kota Nusantara (IKN) usai pemerintahan periode Presiden RI Joko Widodo pada 2024 mendatang dipertanyakan oleh sejumlah pihak. Pasalnya, keberlanjutan megaproyek itu akan bergantung pada prioritas di tangan pemerintahan selanjutnya.
Bakal Calon Wakil Presiden Pemilihan Umum (Pilpres) Wakil Presiden 2024 Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mempertanyakan pembangunan IKN Nusantara.
Putra mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini mempertanyakan urgensi pembangunan IKN pada saat ini. Dia menilai masih banyak masalah lebih genting yang harus diselesaikan. Terlebih, saat ini utang pemerintah mencapai Rp7.800 triliun lebih. Namun, pemerintah justru terus menggenjot pembangunan IKN.
“Apakah hari ini memang kondisi negara memungkinkan untuk segera membangun Ibu Kota Negara baru, misalnya? Punya enggak uangnya kita kira-kira?” ujarnya dikutip Senin (17/7/2023).
Dia menilai ide pemindahan Ibu Kota memang baik namun waktunya yang tak tepat. AHY berpendapat pembangunan IKN tak menjawab permasalahan yang dirasakan rakyat banyak saat ini sehingga masih bisa ditunda.
2. Mencari Cara Kaum Milenial Miliki Properti Hunian Pertama
Bagi kalangan milenial yang berpenghasilan pas-pasan sangat sulit membeli rumah, terutama di perkotaan. Salah satunya karena harga rumah mengalami kenaikan setiap tahun itu tak seiring dengan besaran naiknya penghasilan.
Adapun backlog hunian yang terjadi berdasarkan data Susenas BPS tahun 2021 sebanyak 12,75 juta, sebesar 12,75 persen disumbang dari non masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dan sisanya 87,25 persen merupakan kalangan MBR.
Merujuk data dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) sebanyak 81 juta milenial belum memiliki rumah. Adapun berbagai alasan yang membuat milenial belum memiliki rumah yakni belum menemukan rumah yang tepat, tidak mampu membayar down payment (DP) dan cicilan kredit rumah, masih ada cicilan lain, dan merasa belum memiliki rumah sehingga memilih mengontrak atau menyewa.
Melejitnya harga rumah hingga kurangnya persiapan finansial menjadi kendala terbesar pembelian rumah bagi kalangan milenial di Tanah Air. Berdasarkan laporan survei nasional bertajuk Keterjangkauan Harga Perumahan Nasional dari UniTrend menunjukkan ketidakstabilan pendapatan, tabungan dan pekerjaan yang belum tetap memicu keraguan generasi muda untuk membeli hunian.
3. Perdagangan RI Tersandung Ekonomi Global
Meredupnya kinerja perdagangan global mulai terdampak pada neraca perdagangan di Indonesia. Meski mencatatkan peningkatan surplus dibandingkan bulan sebelumnya, ekspor ke sejumlah negara tujuan utama cenderung lesu.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat adanya penurunan nilai ekspor dari negara tujuan utama seperti Amerika Serikat, China, maupun Jepang. Melemahnya permintaan dari negara tersebut menjadi gambaran mendasar situasi ekonomi di sana.
China mengimpor produk RI senilai US$4,58 miliar pada bulan lalu, turun dari bulan sebelumnya US$4,77 miliar. Amerika Serikat ikut mengalami perlambatan permintaan dari Indonesia dari US$2,04 miliar menjadi US$1,95 miliar. Ekspor ke Jepang juga ‘hanya’ 1,44 miliar pada Juni, turun dari kinerja bulan sebelumnya US$1,76 miliar.
4. Kesiapan Para Bank Lunasi Obligasi Jatuh Tempo Juli 2023
Sejumlah bank seperti PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) hingga PT Bank Mandiri (persero) Tbk. (BMRI) mempunyai kewajiban pelunasan obligasi yang akan jatuh tempo pada awal paruh kedua tahun ini atau Juli 2023.
BRI misalnya, menyampaikan laporan kesiapan dana pelunasan Obligasi Berwawasan Lingkungan Berkelanjutan I Tahap I Tahun 2022 Seri A atau green bond mereka yang akan jatuh tempo pada 30 Juli 2023.
"Perseroan telah menyediakan dana pembayaran pokok green bond sebesar Rp2,5 triliun," kata Corporate Secretary BRI Aestika Oryza Gunarto di keterbukaan informasi beberapa waktu lalu.
Saat ini, penempatan dana pelunasan obligasi itu berada pada high quality liquid asset perseroan.
5. Deretan Mobil Terlaris Toyota Semester Pertama 2023
Penjualan mobil Toyota sepanjang paruh pertama 2023 bergerak maju mengikuti laju pertumbuhan pasar secara nasional. Alphard, mobil serbaguna mewah berstatus impor Jepang, masuk daftar 10 model terlarisnya.
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan ritel Toyota pada Januari-Juni 2023 tercatat mencapai 156.830 unit atau naik 7,3% dibandingkan dengan capaian pada periode yang sama tahun lalu.
Pada saat yang sama, pasar otomotif secara nasional yang diisi 30 merek, menerakan penjualan sebanyak 502.536 unit, atau meningkat 8,0% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Toyota tetap memimpin pasar. Namun, akselerasi pasar nasional yang sedikit lebih kuat membuat pangsa pasar Toyota mengalami sedikit penurunan 0,2 poin persen menjadi 31,2%.