Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

NTP September 2023 Naik 2,05 Persen, Subsektor Tanaman Pangan Paling Tinggi

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai tukar petani (NTP) pada September 2023 naik 2,05 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Petani beraktivitas di lahan persawahan di kawasan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Banten, Senin (17/1/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Petani beraktivitas di lahan persawahan di kawasan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Banten, Senin (17/1/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai tukar petani (NTP) pada September 2023 sebesar 114,14 atau naik 2,05 persen dari bulan sebelumnya (mtm).

Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan kenaikan NTP pada September 2023 terjadi karena indeks harga yang diterima petani (IT) naik sebesar 2,27 persen. Sementara indeks harga yang dibayarkan petani (IB) mengalami kenaikan 0,21 persen.

"Empat komoditas yang dominan mempengaruhi kenaikan IT nasional yakni gabah, kelapa sawit, jagung dan kakao," kata Amalia, Senin (2/10/2023).

Subsektor tanaman pangan mengalami kenaikan NTP tertinggi pada September 2023 yakni mencapai 4,54 persen dibandingkan Agustus 2023. Dia menjelaskan bahwa kenaikan NTP subsektor tanaman pangan terjadi karena indeks harga yang diterima petani tanaman pangan naik sebesar 4,67 persen, lebih besar dari kenaikan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,12 persen.

Dia membeberkan komoditas yang dominan mempengaruhi kenaikan indeks yang diterima petani tanaman pangan yaitu gabah, jagung, ketela pohon dan ketela rambat.

Sedangkan penurunan NTP terdalam pada September 2023 terjadi pada subsektor hortikultura sebesar 3,34  persen dibandingkan bulan sebelumnya. Penurunan NTP subsektor hortikultura terjadi karena indeks harga yang diterima petani turun 3,12 persen, sementara harga yang dibayarkan petani mengalami kenaikan 0,22 persen.

"Empat komoditas dominan yang mempengaruhi penurunan IT subsektor hortikultura ini adalah bawang merah, cabai rawit, tomat dan cabai merah," ujarnya.

Lebih lanjut, Amalia menyatakan nilai tukar usaha pertanian (NTUP) pada September 2023 tercatat sebesar 114,98 atau naik 2,16 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Kenaikan NTUP terjadi lantaran indeks harga yang diterima petani naik 2,27 persen, lebih tinggi dari kenaikan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) yang mengalami kenaikan sebesar 0,10 persen.

Adapun komoditas dominan yang mempengaruhi kenaikan indeks harga petani adalah gabah, kelapa sawit, jagung dan kakao. Oleh karena itu, peningkatan NTUP tertinggi pada September 2023 terjadi di subsektor tanaman pangan dengan kenaikan 4,52 persen dibandingkan Agustus 2023.

"Kenaikan ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani tanaman pangan naik sebesar 4,67 persen lebih tinggi dari kenaikan BPPBM yang mengalami kenaikan sebesar 0,15 persen," jelasnya.

Adapun komoditas yang dominan mempengaruhi BPPBM subsektor tanaman pangan ini adalah upah pemanenan, benih padi, upah membajak dan bensin.

Subsektor hortikultura juga mengalami penurunan NTUP terdalam pada September 2023 sebesar 2,29 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Amalia mengatakan penurunan terjadi karena indeks harga yang diterima petani turun 3,12 persen lebih dalam dari penurunan BPPBM sebesar 0,21 persen.

"Komoditas yang dominan mempengaruhi kenaikan BPPBM subsektor hortikultura adalah bibit bawang merah, dan bibit kentang," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Rachmawati
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper