Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Author

Calvinantya Basuki

Diplomat di Direktorat Jenderal Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri

Lihat artikel saya lainnya

OPINI: Menangkap Peluang Ekonomi dari Amerika Latin

Asia, Afrika, dan Amerika Latin selalu dinarasikan sebagai kawasan sumber pertumbuhan ekonomi dunia di masa depan.
Warga beraktivitas dengan latar suasana gedung perkantoran di Jakarta, Rabu (2/8/2023). Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II/2023 akan terjaga di level 5 persen, seiring dengan perkembangan yang positif. JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha
Warga beraktivitas dengan latar suasana gedung perkantoran di Jakarta, Rabu (2/8/2023). Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II/2023 akan terjaga di level 5 persen, seiring dengan perkembangan yang positif. JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Amerika Latin akan mendapatkan perhatian global tahun depan. Pada 2024, dua negara di kawasan itu menjadi tuan rumah forum internasional, yaitu G20 di Brasil dan APEC di Peru. Bagaimana kemudian Indonesia dapat memanfaatkan peluang dan kesempatan yang ada untuk memperjuangkan kepentingan nasionalnya terhadap kawasan Amerika Latin?

Asia, Afrika, dan Amerika Latin selalu dinarasikan sebagai kawasan sumber pertumbuhan ekonomi dunia di masa depan. Aspek populasi, kekayaan sumber daya alam, dan peralihan teknologi menjadi kekuatan ekonomis bagi kawasan-kawasan tersebut.

Dalam konteks Amerika Latin dan Karibia, total populasi dari 33 negara yang berada di sana mencapai 662 juta orang atau mewakili 8,2% dari populasi global. Tingginya persentase penduduk usia kerja (25—64 tahun) yang mencapai 51% juga turut berkontribusi positif bagi produktivitas ekonomi.

Dengan populasi yang relatif muda, Amerika Latin dipandang belum akan menghadapi penurunan demografi dalam waktu dekat. PBB memproyeksikan populasi Amerika Latin akan mencapai puncak pada 2056 dengan total 752 juta orang. Hal ini mungkin menguntungkan bagi Amerika Latin karena negara-negara maju saat ini berupaya mendiversifikasi jaringan rantai pasok industri mereka ke kawasan dengan bonus demografi.

Kekayaan sumber daya alam di Amerika Latin juga menarik perhatian para investor. Negara-negara di Amerika Latin memanfaatkan sumber daya alamnya sebagai mesin pendorong pertumbuhan ekonomi yang sejalan dengan tren global menuju transisi emisi nol bersih. Amerika Latin telah terbukti memiliki kekayaan mineral seperti litium, nikel, kobalt, dan logam tanah jarang yang dibutuhkan untuk bahan baku produksi baterai mobil listrik, panel surya, dan turbin angin.

Indonesia dan negara-negara di Amerika Latin dan Karibia dapat bekerja sama dalam memanfaatkan peluang tren peningkatan sektor industri komponen kendaraan listrik di rantai pasok global.

Secara politik, Indonesia tidak memiliki pertentangan tajam dengan negara-negara di Amerika Latin. Namun, hubungan baik di politik tersebut sangat disayangkan belum mampu berdampak positif pada hubungan ekonomi.

Total perdagangan Indonesia dengan Amerika Latin dan Karibia mencapai US$11,1 miliar atau hanya 0,45% dari total perdagangan Amerika Latin ke seluruh dunia. Dalam lingkup Asean, Indonesia berada di peringkat keempat setelah Vietnam (US$27,2 miliar), Malaysia (US$24,4 miliar), dan Thailand (US$20,8 miliar).

Jarak geografis yang jauh sering dijadikan alasan utama penghambat hubungan perdagangan Indonesia dengan Amerika Latin. Melihat tingginya angka perdagangan Amerika Latin dengan negara Asean lain, jarak geografis yang jauh seharusnya bukan menjadi halangan utama.

Tantangan hubungan perdagangan yang cukup signifikan adalah hambatan tarif. Hal tersebut meliputi tarif ekspor dan impor serta kebijakan proteksi yang diterapkan masing-masing negara. Di samping itu, masih adanya perbedaan bahasa dan budaya juga berpengaruh terhadap belum tingginya intensitas hubungan antarmasyarakat.

STRATEGI RI

Upaya meningkatkan hubungan perdagangan dengan Amerika Latin perlu mendapat perhatian lebih guna mendukung kebijakan diversifikasi dan penetrasi ekspor ke pasar non-tradisio­nal. Bagaimana kemudian strategi yang dapat dilakukan oleh Indonesia untuk menjaring peluang ekonomi dari Amerika Latin?

Pertama, upaya pengurangan hambatan tarif telah dilakukan oleh pemerintah melalui perundingan perdagangan. Indonesia telah memiliki perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif (CEPA) dengan Chile untuk perdagangan barang dan sedang dalam proses perluasan ke sektor jasa. Saat ini pemerintah Indonesia juga sedang membahas perjanjian perdagangan dengan Peru dan MERCOSUR, organisasi kawasan yang beranggotakan Argentina, Brasil, Paraguay, dan Uruguay.

Perjanjian perdagangan dipandang mampu membangun akses sekaligus mengatasi hambatan tarif dengan negara-negara mitra yang dapat menjadi alternatif pasar. Langkah ini juga dapat berperan sebagai respons atas kemungkinan perlambatan ekonomi dunia akibat konflik bersenjata yang sedang terjadi.

Kedua, Indonesia perlu untuk terus berupaya membangun ruang bagi para pelaku usaha saling menjalin kontak. Langkah ini bertujuan meningkatkan interaksi, mengurangi hambatan non-tarif, sekaligus memperdalam hubungan antarmasyarakat (people-to-people contact).

Singapura dan Vietnam telah secara rutin menyelenggarakan forum bisnis dengan Amerika Latin guna mencari jalan tengah dalam mewujudkan hubungan perdagangan yang saling menguntungkan. Indonesia juga sudah memiliki program serupa melalui Trade Expo Indonesia serta Forum Bisnis Indonesia-Amerika Latin dan Karibia (INA-LAC).

Ketiga, kolaborasi Indonesia dengan Amerika Latin dapat dikemas dalam lingkup Kerja Sama Selatan-Selatan. Kerja sama semacam ini mendorong terwujudnya porsi kemitraan yang setara dan memberi manfaat yang tidak hanya menguntungkan satu pihak.

Indonesia dan negara-negara di Amerika Latin ibarat kawan lama dari masa yang telah lalu (old friends from the old day). Pernah senasib seperjuangan di masa-masa pasca-Perang Dunia II, relasi positif Indonesia- Amerika Latin lambat laun terlupakan seiring peningkatan popularitas globalisasi ekonomi.

Indonesia- Amerika Latin memang ibarat kawan lama.

Namun, ada pula pepatah yang menyebutkan bahwa kawan lama tetap merupakan kawan terbaik yang bisa dipercaya. “It takes two to tango”, sudah saatnya bagi Indonesia melirik kembali peluang dari seberang Pasifik.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper