Bisnis.com, JAKARTA- Kinerja pertumbuhan industri pengolahan nonmigas tercatat mengalami penurunan secara kumulatif, hanya sebesar 4,69% sepanjang 2023. Capaian ini lebih rendah dari target Kementerian Perindustrian yang membidik 4,81%.
Pertumbuhannya juga melambat dibandingkan tahun 2022 lalu yang tembus di angka 5,01%. Namun, capaian pertumbuhan industri pengolahan nonmigas tahun lalu masih lebih besar dari tahun 2021 sebesar 3,67%.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pertumbuhan industri pengolahan nonmigas 4,69% pada 2023 ditopang oleh industri logam dasar yang tumbuh 14,17%, industri barang galian bukan logam tumbuh 14,11%,
Selanjutnya, disusul industri barang logam; komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrik tumbuh 13,67%, industri alat angkutan yang tumbuh 7,63% dan industri pengolahan tembakau 4,8%.
Sementara itu, subsektor industri pengolahan nonmigas yang mengalami kontraksi pertumbuhan pada 2023 yaitu industri karet, barang dari karet dan plastik yang melemah -3,63%, industri pengolahan lainnya -2,1%, industri furnitur turun -2,04%, industri tekstil dan pakaian jadi -1,98% dan industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki -0,34%.
Meski terus mengalami penurunan, BPS mencatat bahwa industri pengolahan menjadi lapangan usaha yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi 2023. Adapun, PDB nasional 2023 tumbuh 5,05% (year-on-year/yoy).
Baca Juga
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan kontributor terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi pada tahun 2023 yaitu industri pengolahan dengan porsi 18,67% atau naik dari tahun 2022 sebesar 18,34%.
Target Industri Pengolahan Nonmigas 2024
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) membidik target pertumbuhan kinerja industri pengolahan atau manufaktur sebesar 5,80% pada 2024, lebih tinggi dari target 4,81% pada 2023.
Kontributor utama yang mendorong target tersebut, yakni industri logam, mesin, alat transportasi, dan elektronika (Ilmate).
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, angka target tersebut cukup agresif, mengingat sektor industri terus menjadi penggerak perekonomian nasional dan dinilai mampu mempercepat langkah menuju Indonesia Emas 2045.
"Pada tahun 2024, kami Kemenperin menargetkan pertumbuhan sektor industri pengolahan nonmigas pada angka 5,80%. Saya harus mengatakan bahwa ini angka cukup agresif," kata Agus dalam Jumpa Pers Akhir Tahun Kemenperin, beberapa waktu lalu.
Dia menuturkan bahwa angka target pertumbuhan kinerja manufaktur pada tahun 2024 merupakan angka hasil tinjauan Renstra Kemenperin 2020-2024 dengan melihat realisasi hingga tahun 2023.