Bisnis.com, JAKARTA - Arab Saudi meyakini keputusan untuk tidak menawarkan minuman beralkohol di negaranya tidak akan berdampak negatif terhadap pariwisata dalam negeri.
Menteri Pariwisata Arab Saudi, Ahmed Al Khateeb, menilai, alkohol kerap berkaitan dengan pariwisata, tapi pihaknya memutuskan untuk tidak menawarkannya kepada wisatawan yang datang ke Arab Saudi.
“Sejauh ini, orang-orang datang menjelajahi Arab Saudi, datang untuk bisnis, datang untuk bersantai, datang karena alasan agama dan mereka tidak mengeluh,” kata Ahmed Al Khateeb, melansir Bloomberg, Rabu (24/4/2024).
Ahmed Al Khateeb menyebut, turis asing yang datang ke Arab Saudi menikmati penawaran lain seperti makanan, ritel, keramahtamahan, serta budaya Arab Saudi.
“Saya berharap hal ini akan terus berlanjut,” ujarnya.
Arab Saudi berencana untuk menghabiskan sekitar US$1 triliun untuk mengubah negaranya sebagai surga bagi pengunjung yang dulunya terbatas bagi para peziarah yang telah melakukan perjalanan ke Mekkah dan Madinah.
Baca Juga
Di bawah inisiatif Visi 2030, Pangeran Mohammed, penguasa de facto negara tersebut yang berusia 38 tahun, yang dikenal sebagai MBS, ingin menyalip Uni Emirat Arab sebagai pusat wisatawan serta tujuan ekspatriat yang tinggal dan bekerja.
Untuk meningkatkan citranya, Arab Saudi telah mempekerjakan konsultan Barat seperti McKinsey & Co. dan PricewaterhouseCoopers serta firma hubungan masyarakat termasuk Edelman dan Teneo Global, yang pekerjaannya akan sangat penting ketika negara tersebut menjadi tuan rumah World Expo 2030, sebuah pameran internasional.
Adapun, faktor cuaca menjadi salah satu tantangan yang dihadapi. Pasalnya, badai debu hingga suhu panas ekstrem kerap terjadi di Arab Saudi.
Arab Saudi, hingga saat ini, penafsiran Islam yang ketat memengaruhi hampir setiap aspek kehidupan sehari-hari. Laki-laki dan perempuan tidak boleh bergaul di depan umum kecuali mereka sudah menikah atau mempunyai hubungan keluarga, perempuan tidak boleh mengemudi, dan kesopanan bagi penduduk lokal maupun orang asing ditegakkan, sering kali oleh pasukan polisi moralitas khusus.
Pada 2019, negara ini melonggarkan aturan berpakaian bagi pengunjung wanita dan menetapkan visa untuk pariwisata. Kendati begitu, alkohol masih dilarang keras.
Adapun, pemerintah Arab Saudi menargetkan menarik 70 juta pengunjung internasional pada 2030, naik dari 27 juta pada tahun 2023.