MGRO Operasikan Proyek Agroindustri Sawit Berkelanjutan Terpadu di Riau

PT Intan Sejati Andalan, anak usaha PT Mahkota Group Tbk., tahun ini mulai mengoperasikan kawasan Integrated Sustainable Agro Industry kelapa sawit seluas 25 ha
Foto: Gambar Rencana Induk pengembangan kawasan Integrated Sustainable Agro Industry kelapa sawit seluas 25 hektar di lokasi pabrik Duri 13, Solapan, Kabupaten Bengkalis, Riau. (Dok. PT Mahkota Group Tbk)
Foto: Gambar Rencana Induk pengembangan kawasan Integrated Sustainable Agro Industry kelapa sawit seluas 25 hektar di lokasi pabrik Duri 13, Solapan, Kabupaten Bengkalis, Riau. (Dok. PT Mahkota Group Tbk)

Bisnis.com, MEDAN – PT Intan Sejati Andalan (ISA), anak usaha PT Mahkota Group Tbk., (MGRO) tahun ini mulai mengoperasikan kawasan Integrated Sustainable Agro Industry kelapa sawit seluas 25 hektare di lokasi pabrik Duri 13, Solapan, Kabupaten Bengkalis, Riau.

Mahkota Group mengarahkan sedikitnya 30% dana pengembangan investasinya untuk pengembangan green project dengan harapan berkembang sebagai perusahaan yang efisien, menguntungkan, dan ramah lingkungan di sektor agroindustri kelapa sawit.

Direktur Operasi Mahkota Group Fuad Halimoen mengatakan pihaknya mulai menghasilkan nilai tambah ekonomi dari pengelolaan limbah cair dan padat dari proses operasional pabrik di Duri 13. Limbah tersebut dikonversi menjadi sejumlah komoditi baru seperti pupuk (limbah padat) hingga menjadi energi terbarukan (limbah cair) untuk menyuplai kebutuhan energi dan bahan bakar dalam operasional sejumlah pabrik di kawasan tersebut.

“Kawasan agroindustri ramah lingkungan di Duri itu sudah mengantongi ISO Manajemen Mutu, ISO Manajemen Lingkungan, dan ISO Manajemen Anti Penyuapan. Selain ada PKS (pabrik kelapa sawit), kawasan terpadu kami itu juga memiliki pabrik kernel (kernel crushing plant/ KCP), pabrik refinery, pabrik PKE (palm kernel expeller), dan tengah dibangun instalasi untuk biogas disana,” jelas Fuad Halimoen  kepada Bisnis, di Medan, Selasa (4/6).

Dikatakan Fuad Halimoen, pihaknya mengembangkan kawasan agroindustri guna menciptakan ekosistem pengolahan kelapa sawit terpadu dan berkelanjutan. Kawasan yang menggabungkan antara bisnis, konsep berkelanjutan, efisiensi energi, energi terbarukan, dan minim emisi karbon yang digagas pihaknya sejalan dengan visi dan misi perusahaan.

Faktor lingkungan saat ini menjadi perhatian utama Mahkota Group yang dinilainya membuka peluang baru untuk mengeskalasi bisnisnya disamping tetap menjalankan bisnis utama mereka dalam pengolahan kelapa sawit dan turunannya.

Sejumlah proyek yang berorientasi pada industri ramah lingkungan (green project) di Kawasan Agroindustri Terpadu dan Berkelanjutan Duri 13 dipastikan terimplementasi tahun ini. Fuad Halimoen menyebut perusahaan menggunakan teknologi pengelolaan limbah yang mengedepankan prinsip zero waste guna mendukung praktik industri kelapa sawit yang berkelanjutan. Selain bernilai tambah, komitmen ini juga mengefisiensi penggunaan bahan bakar fosil.

Diketahui, Kawasan Agroindustri Terpadu Duri 13 saat ini mengolah sekitar 1.200 ton tandan buah segar (TBS) per hari, menghasilkan sekitar 240 ton limbah tandan kosong (tankos) dan sekitar 60% limbah cair.

Pengelolaan limbah cair di kawasan itu dilakukan Mahkota dengan membangun biogas plant untuk menangkap gas metana yang dihasilkan limbah dari pabrik pengolahan sawitnya. Gas yang termasuk kategori bahan berbahaya dan beracun atau B3 akan diolah di dalam tangki proses untuk dimurnikan. Energi baru terbarukan (EBT) berupa biogas yang dihasilkan dari proses pemurnian selanjutnya digunakan sebagai bahan bakar bagi mesin boiler mereka.

Pangkas Biaya Bahan Bakar Solar & Raih Kredit Karbon

Penggunaan energi tambahan dari biogas itu disebut Fuad Halimoen berpotensi menghemat pengeluaran perusahaan untuk pembelian bahan bakar fosil yang selama ini memakan biaya sekitar Rp2-Rp3 miliar per bulan.

Sedangkan limbah padat dari tankos sawit dikatakan Fuad Halimoen memang telah dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Namun, proses pengolahan tankos dengan cara dibakar di tungku pembakaran menimbulkan efek samping berupa asap.

Menjunjung tinggi industri berkelanjutan yang menitikberatkan lingkungan, Mahkota Group berupaya menekan emisi karbon hingga di bawah standar yang diperbolehkan. Pengolahan tankos menjadi pupuk organik (fortified organic fertilizer plant) disebut Fuad Halimoen kini dilakukan melalui mekanisme pengeringan dan dicampur dengan semacam solid dengan harapan dapat mengurangi pencemaran udara yang ditimbulkan proses pembakaran.

Upaya mengurangi emisi dari pengembangan proyek ramah lingkungan di Kawasan Agroindustri Berkelanjutan dan Terpadu itu diharapkan Mahkota dapat menghasilkan kredit karbon yang dapat diperjualbelikan kepada perusahaan yang membutuhkan. Potensi kredit karbon dari kawasan tersebut diperkirakan sekitar 90 ribu ton lebih.

“Sasaran proyek kita, yang paling utama itu soal lingkungan. Kedua, kredit karbon, yang juga menjadi satu potensi untuk meningkatkan kinerja perusahaan dari perdagangan karbon,” kata Fuad Halimoen.

Fuad Halimoen mengungkapkan proyek hijau di kawasan Integrated Sustainable Agro Industry Duri 13 ini akan dikembangkan bertahap. Ke depan, Mahkota Group juga akan membangun waste water treatment plant, solvent extraction plant, serta pabrik oleochemical.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Media Digital
Editor : Media Digital
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

# Hot Topic

Rekomendasi Kami

Foto

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper