Bisnis.com, JAKARTA – Hongkong akan membuka layanan kereta cepat sleeper yang menghubungkan Hong Kong dengan Beijing dan Shanghai, China mulai 15 Juni 2024.
Mengutip pemberitaan hongkongfp.com pada Jumat (7/6/2024), Kepala Eksekutif Hong Kong John Lee mengumumkan layanan baru tersebut pada konferensi pers mingguannya di Kowloon Barat pada Selasa (4/6/2024) lalu waktu setempat.
Adapun, kehadiran kereta cepat sleeper ini sekaligus akan menggantikan layanan kereta konvensional yang sebelumnya melayani rute Hung Hom ke daratan China sebelum pandemi Covid-19 melanda. Lee mengatakan, perjalanan perdana kereta cepat ini akan dilakukan pada 15 Juni 2024 mendatang.
Lee memaparkan, layanan ini nantinya akan tersedia pada hari Jumat ke Senin setiap pekannya.
“(Kereta) kecepatan normal akan ditingkatkan menjadi kereta berkecepatan tinggi, jumlah kursi akan ditingkatkan menjadi 600, fasilitas akan lebih baru dan modern, dan waktu perjalanan akan dipersingkat setengahnya,” kata Lee.
Dia memaparkan, waktu tempuh antara Hong Kong dan Beijing dengan kereta cepat nantinya adalah selama 12 jam 34 menit, jauh menurun dibandingkan waktu tempuh dengan kereta konvensional selama 24 jam 30 menit.
Baca Juga
Sementara itu, waktu perjalanan antara Hong Kong ke Shanghai akan dipangkas dari 19 jam 34 menit menjadi 11 jam 14 menit.
Lee melanjutkan, peningkatan layanan ini sangat penting dalam memfasilitasi arus orang lintas batas negara, memperkuat ikatan antar masyarakat antara China daratan dan Hong Kong. Selain itu, layanan kereta cepat sleeper ini memungkinkan Hong Kong untuk berintegrasi lebih baik ke dalam pembangunan nasional.
“Dengan layanan kereta cepat ini, masyarakat juga dapat menghemat biaya akomodasi hotel,” jelas Lee.
Layanan kereta cepat ini muncul di tengah upaya Hong Kong membangun kembali reputasinya sebagai tujuan wisata bagi para turis. Sebelumnya, Hong Kong menjadi sorotan dunia karena protes dan kerusuhan besar-besaran pada 2019, pembatasan perjalanan ketat akibat Covid-19, dan undang-undang keamanan nasional yang melibatkan puluhan aktivis dihukum.
Negara-negara termasuk AS dan Kanada baru-baru ini memperingatkan para pelancong tentang penegakan hukum setempat yang sewenang-wenang setelah diberlakukannya undang-undang keamanan tersebut.
Adapun, kunjungan wisatawan disebut telah meningkat sejak Hong Kong membuka kembali perbatasannya secara penuh bagi para turis Februari lalu. Sebelumnya, Hong Kong menutup kunjungan wisatwan selama tiga tahun akibat pandemi Covid-19.
Meski mulai pulih, jumlah kunjungan tersebut masih tertinggal dibandingkan sebelum pandemi. Mayoritas kedatangan berasal dari China daratan, diikuti oleh pasar jarak pendek. Pelancong jarak jauh, yang secara historis adalah mereka yang menghabiskan uang paling banyak, jauh lebih lambat untuk melanjutkan aktivitasnya.