Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspor Perikanan RI Masih Lesu, Pengusaha Blak-blakan Ungkap Biang Keroknya

Kadin buka suara mengenai pertumbuhan nilai ekspor produk perikanan yang melambat pada semester I/2024. Apa penyebabnya?
Ilustrasi pasar ikan modern di Jakarta - Dok. Perindo
Ilustrasi pasar ikan modern di Jakarta - Dok. Perindo

Bisnis.com, JAKARTA - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia buka suara mengenai pertumbuhan nilai ekspor produk perikanan yang melambat pada semester I/2024, dibanding periode yang sama tahun lalu.

Wakil Ketua Umum Bidang Kelautan dan Perikanan Kadin Indonesia, Joseph Pangalila, menyampaikan, berkurangnya pasokan bahan baku ke industri pengolahan berorientasi ekspor menjadi pemicu melambatnya pertumbuhan nilai ekspor produk perikanan pada periode Januari-Juni 2024.

“Nilai ekspor produk perikanan tumbuh melambat akibat berkurangnya pasokan bahan baku ke industri pengolahan yang berorientasi ekspor,” kata Joseph kepada Bisnis, Rabu (24/7/2024). 

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat, nilai ekspor produk perikanan mencapai US$2,71 miliar atau setara Rp44,24 triliun pada semester I/2024. Nilai tersebut meningkat sebesar 1% secara tahunan dibanding semester I/2023.

Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, nilai ekspor produk perikanan ke Amerika Serikat dan Jepang tercatat menurun pada periode Januari-Juni 2024.

Menurut data KKP, nilai ekspor produk perikanan ke Amerika Serikat mencapai US$889,39 juta atau turun 7,4% yoy dibanding periode yang sama tahun lalu.

Sementara itu, nilai ekspor produk perikanan ke Jepang tercatat mencapai US$285,47 juta. Nilai ini turun sebesar 16% yoy dibanding semester I/2023.

Menurut Joseph, menurunya nilai ekspor produk perikanan ke Amerika Serikat dan Jepang lantaran daya beli yang melemah di kedua pasar tersebut.

Menyikapi ekspor produk perikanan yang tumbuh tipis pada periode ini, Joseph melihat perlunya relaksasi kebijakan dari pemerintah.

“Perlu relaksasi kebijakan agar pasokan bahan baku meningkat baik dari perikanan tangkap maupun budidaya,” ujarnya. 

Untuk diketahui, Amerika Serikat masih menjadi negara utama tujuan ekspor produk perikanan Indonesia. Tercatat nilai ekspor produk perikanan ke negara ini mencapai US$889,39 juta pada semester I/2024 atau turun 7,5% yoy dibanding semester I/2023.

“Kalau lima negara [terbesar tujuan ekspor] tetap Amerika Serikat kita walaupun turun dibanding tahun lalu,” kata Hendra dalam konferensi pers kinerja KKP semester I/2024 di Kantor KKP, Rabu (24/7/2024).

Hendra menjelaskan, turunnya nilai ekspor produk perikanan ke AS pada periode ini disebabkan oleh hambatan non tarif yang diterapkan AS terhadap produk udang beku Indonesia.

Adapun selain AS, China menjadi negara utama terbesar kedua tujuan ekspor. Nilai ekspor produk perikanan ke Negeri Tirai Bambu tercatat mencapai US$556,04 juta, diikuti Asean US$353,93 juta, Jepang US$285,47 juta, dan Uni Eropa US$193,35 juta.

Dibandingkan dengan semester I/2023, KKP mencatat adanya penurunan nilai ekspor ke Jepang. Tercatat nilai ekspor produk perikanan ke Jepang turun sebesar 16,0% secara tahunan di semester I/2024.

Sementara, nilai ekspor ke China, Asean, dan Uni Eropa mengalami peningkatan pada periode Januari-Juni 2024. Nilai ekspor ketiga negara ini masing-masing meningkat sebesar 9%, 16,5%, dan 18,9% secara tahunan.

Menurut komoditasnya, udang masih menjadi komoditas utama ekspor produk perikanan di semester I/2024. Hendra menyebut, nilai ekspor Udang pada periode ini mencapai US$755,79 juta, diikuti Tuna-Cakalang-Tongkol US$456,64 juta, Cumi-Sotong-Gurita US$396,94 juta, Rajungan-Kepiting US$275,15 juta, dan Rumput Laut sebesar US$162,38 juta.

Dalam paparan yang disampaikan Hendra, nilai ekspor komoditas rumput laut mengalami penurunan terdalam sebesar 33,9% yoy dibanding semester I/2023. 

Penurunan nilai ekspor juga terjadi pada komoditas udang. KKP mencatat, nilai ekspor komoditas ini turun sebesar 13,6% yoy dibanding periode yang sama tahun lalu. 

Sementara itu, nilai ekspor Tuna-Cakalang-Tongkol, Cumi-Sotong-Gurita, dan Rajungan-Kepiting tercatat mengalami peningkatan dibanding tahun lalu.

KKP melaporkan, peningkatan terbesar terjadi pada komoditas Cumi-Sotong-Gurita yang tercatat naik 34,2% yoy, diikuti Rajungan-Kepiting 22% yoy, dan Tuna-Cakalang-Tongkol 4,8%.

Hendra mengungkapkan, pemerintah sejauh ini berencana untuk melakukan pendekatan utamanya dengan sejumlah negara seperti Uni Eropa dan AS melalui diplomasi bilateral maupun diplomasi ekonomi untuk mendapat impor bea masuk yang lebih kecil. Upaya ini dilakukan untuk menggenjot nilai ekspor produk perikanan Indonesia ke negara-negara tersebut.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ni Luh Anggela
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper