Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Strategi Pemerintah Antisipasi Ancaman Tarif Impor AS ke Produk Perikanan

Pemerintah mendorong agar produk perikanan dan seafood Indonesia tidak hanya sekadar sebagai komoditas yang diekspor.
Pekerja memindahkan ikan hasil tangkapan nelayan di Dermaga Pelabuhan Muara Angke, Jakarta, Selasa (9/7/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pekerja memindahkan ikan hasil tangkapan nelayan di Dermaga Pelabuhan Muara Angke, Jakarta, Selasa (9/7/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengantisipasi untuk menguatkan kosnsumsi pasar domestik dan mendorong hilirisasi dalam menghadapi ancaman tarif impor ke produk perikanan. 

Direktur Pemasaran Ditjen PDSPKP KKP Erwin Dwijana menyampaikan sudah saatnya pasar produk perikanan bertumpu kepada pasar domestik. Pemerintah mendorong agar produk perikanan dan seafood terbaik tidak hanya untuk diekspor, tapi juga diperkenalkan kepada masyarakat lokal.

"Dengan kebijakan tarif Impor AS, ekspor saat ini mungkin agak terganggu, tetapi kita meyakinkan bahwa di dalam negeri itu ada pasar yang besar potensinya dengan jumlah penduduk sekitar 280 juta jiwa,” ujarnya, dikutip Senin (12/5/2025).

Startegi lainnya, mempercepat penghiliran orientasi produksi perikanan Indonesia, terutama untuk ekspor juga harus mengarah pada penguatan industri pengolahan atau penghiliran. Dengan harapana dapat menghasilkan nilai tambah dan memperluas lapangan kerja. Fokusnya dengan mendorong komunitas-komunitas dan kelompok industri perikanan.

"Artinya dengan adanya industri mungkin dari tadinya mengolah bahan mentah atau hanya menjual bahan mentah kemudian masuk ke industri menengah mengolah, akhirnya juga membentuk lapangan pekerjaan sebagai bagian dari nilai tambah," imbuhnya.

Belum lagi, pemerintah juga sedang menjalankan program makanan bergizi gratis. Langkah tersebut dapat berpotensi untuk mendorong pasar dalam negeri.

Menurutnya, produk komoditas budidaya seperti Tilapia, rumput laut, lobster, rajungan, kepiting hingga tuna, masih memiliki potensi yang besar bagi Indonesia dengan lahan yang masih luas dan tersedia di garis pantai.

Berdasarkan data KKP per Maret 2025, Kementerian Kelautan dan Perikanan menyebutkan bahwa negara tujuan ekspor perikanan selama 2024 yakni Amerika Serikat dengan nilai US$1,90 miliar atau setara dengan 32,0% total nilai ekspor perikanan Indonesia. 

Pada 2024, komoditas krustasea hidup, segar atau dipelihara (HS 0306) berada pada urutan ke-8 dari 10 komoditas utama ekspor Indonesia ke AS dengan nilai mencapai US$0,7 miliar. Produk udang Indonesia juga berada pada posisi yang cukup baik dalam ekspor udang beku dan olahan ke AS. Terutama untuk udang beku, rasio ketergantungan (ekspor ke AS terhadap total ekspor Indonesia) mencapai 82,5%. 

Di luar pasar AS, Indonesia sebenarnya masih bisa mengoptimalkan ekspor udang ke negara lain, seperti Jepang, Tiongkok, Taipei, dan Malaysia yang selama ini menjadi tujuan utama ekspor udang beku, termasuk pengembangan ke pasar Eropa seperti Spanyol dan Prancis. Pemerintah Indonesia juga harus segera mengeksekusi kerja sama perdagangan yang lebih kongkret untuk mengakselerasi ekspor ke pasar Inggris, Belanda, Denmark dan Jerman untuk produk udang olahan. 

Indonesia berpeluang besar meningkatkan pasar komoditas udang olahan di pasar global mengingat kontribusinya masih sekitar 12,29% dari kebutuhan pasar global

Produk perikanan lainnya yang berpotensi terdampak kenaikan tarif impor AS adalah TCT (Tuna-Cakalang-Tongkol). Pada 2023, total produksi TCT Indonesia mencapai 1,57 juta ton, dengan dominasi produksi pada ikan tongkol. Proporsi ekspor pada 2023 mencapai 13%, dengan dominasi produk terbesar adalah TCT beku. Sisanya (87%) diserap di dalam negeri dan diolah menjadi produk turunan atau dikonsumsi langsung. Negara-negara tujuan ekspor TCT Indonesia antara lain: Amerika Serikat (22%), ASEAN (19,6%), Jepang (18,90%), Timur Tengah (13,80%), dan Uni Eropa (10,90%).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper