Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

TOP 5 News Bisnisindonesia.id: Skenario Darurat Energi hingga Prospek Saham Batu Bara

Pemerintah resmi mengatur penyediaan cadangan penyangga energi (CPE) sebagai skenario untuk mengantisipasi jika terjadi krisis energi.
Berita pilihan redaksi BisnisIndonesia.id. Sumber: Canva
Berita pilihan redaksi BisnisIndonesia.id. Sumber: Canva

Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah secara resmi mengatur penyediaan cadangan penyangga energi (CPE) sebagai skenario untuk mengantisipasi jika terjadi krisis energi atau darurat bahan bakar minyak, gas, hingga kelistrikan di Tanah Air.

Berita bertajuk Pemerintah Siapkan Skenario Jika Terjadi Darurat Energi menjadi salah satu pilihan redaksi BisnisIndonesia.id.

Selain itu, sejumlah berita menarik lainnya turut tersaji dari meja redaksi BisnisIndonesia.id.

Berikut ini sorotan utama Bisnisindonesia.id, Kamis (05/09/2023):

1. Pemerintah Siapkan Skenario Jika Terjadi Darurat Energi

Pemerintah secara resmi mengatur penyediaan cadangan penyangga energi (CPE) sebagai skenario untuk mengantisipasi jika terjadi krisis energi atau darurat bahan bakar minyak, gas, hingga kelistrikan di Tanah Air.

Melalui Peraturan Presiden No. 96/2024 tentang Cadangan Penyangga Energi, pemerintah menetapkan CDE untuk bahan bakar minyak jenis bensin (gasoline), gas minyak cair (liquefied petroleum gas/LPG), dan minyak bumi (minyak mentah).

Aturan yang diundangkan pada 2 September 2024 ini dibuat untuk menjamin ketahanan energi nasional guna mewujudkan kesejahteraan umum dan menjaga keberlanjutan serta kesinambungan energi di seluruh wilayah Indonesia.

Berdasarkan Pasal 6 Perpres No. 96/2024 tersebut, jumlah CPE untuk jenis bensin ditentukan sebesar 9,64 juta barel, elpiji sejumlah 525.780 metrik ton, dan minyak bumi sebesar 10,17 juta barel.

Yang dimaksud cadangan penyangga energi dalam beleid anyar tersebut adalah jumlah ketersediaan sumber energi dan energi yang disimpan secara nasional yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan energi nasional pada kurun waktu tertentu, yakni sampai 2035.

2. Penyesuaian Bisnis Demi Profit, GOTO Mundur dari Vietnam

Emiten teknologi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) kembali melakukan langkah penyesuaian bisnis, teranyar dengan menutup kegiatan bisnisnya di Vietnam.

Corporate Secretary GoTo Koesoemohadiani mengatakan keputusan tersebut diambil agar bisa lebih fokus mengembangkan dan memperkuat operasional yang dapat memberikan potensi pertumbuhan signifikan secara berkelanjutan. Adapun penutupan itu terhitung sejak 16 September 2024.

“Strategi ini sejalan dengan agenda Grup GOTO dalam mendorong pertumbuhan bisnis jangka panjang,” kata Koesoemohadiani dalam keterangan resminya, Rabu (4/9/2024).

Hingga saat ini, lanjutnya, bisnis GOTO di Vietnam telah memberi kontribusi kurang dari 0,5% dari gross transaction value (GTV) Grup GoTo dan 2% dari GTV on-demand services pada kuartal II/2024. Dia memastikan keputusan bisnis ini tidak akan berdampak negatif pada operasional GOTO secara lebih luas, serta kinerja bisnis dan keuangan secara menyeluruh.

Kendati melakukan penutupan tersebut, GOTO memastikan akan terus berinvestasi pada inisiatif yang dapat menghasilkan pertumbuhan, dengan tetap berkomitmen  pada target EBITDA yang disesuaikan breakeven  untuk keseluruhan pada 2024.

“Kami mengucapkan terima kasih kepada karyawan, pelanggan, mitra pengemudi, dan mitra merchant yang telah berperan besar terhadap bisnis kami di Vietnam,” katanya.

3. Memilah Emiten BUMN Potensial saat Dividen Dipatok Tinggi

Badan usaha milik negara (BUMN) punya tugas berat karena harus bisa memberikan dividen ke negara sebesar Rp90 triliun tahun depan. Sementara itu, hanya beberapa perseroan yang menjadi unggulan.

Angka tersebut sebenarnya melampaui target di nota keuangan dalam rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara (RAPBN) 2025.

Di situ tertera pendapatan pos kekayaan negara dipisahkan yang berasal dari dividen BUMN ditaksir mencapai Rp86 triliun.

Target dividen Rp90 triliun disampaikan langsung oleh Menteri BUMN Erick Thohir dan Menteri Keuangan Sri Mulyani saat rapat kerja dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dalam waktu dan tempat yang berbeda.

Erick memaparkan hal tersebut dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR, Senin (2/9/2024). Dividen tahun depan dipatok sebesar Rp90 triliun. Nilai tersebut naik 4,85% dibandingkan setoran 2024 yakni Rp85,84 triliun.

Sementara Sri Mulyani pada rapat dengan Badan Anggaran DPR, Rabu (4/9/2024). Dia menyebutkan bahwa penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari dividen BUMN ada peningkatan Rp4 triliun dari RAPBN 2025.

4. Wacana Kementerian Perumahan, Katalis Positif Tambahan Emiten Properti

Gelombang katalis positif untuk emiten properti seakan tak kunjung habis. Setelah perpanjangan pajak pertambahan nilai ditanggung pemerintah (PPN DTP) 100% bagi sektor properti dan kabar penurunan suku bunga The Fed, kali ini muncul wacana pembentukan Kementerian Perumahan.

Hal tersebut disampaikan langsung oleh adik presiden terpilih Prabowo Subianto, Hashim Djojohadikusumo. Dia ditunjuk menjadi ketua satgas perumahan dalam tim transisi pemerintahan.

Wacana itu sebagai tindak lanjut atas pemisahan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Harapannya adalah agar masing-masing lembaga bisa fokus atas tugas dan fungsinya.

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Vicky Rosalinda memandang bahwa pemisahan Kementerian PUPR dapat mendorong kinerja pemerintah dalam membangun perumahan, sehingga diharapkan mampu berdampak positif bagi sektor properti.

“Di mana menteri perumahan tersebut harus memiliki visi dan pengalaman di bidang perumahan yang sudah mengerti dinamika di dalam dunia properti. Maka dari itu, hal tersebut menjadi katalis positif untuk para emiten properti,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (3/9/2024).

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Adityo Nugroho juga memberikan pandangan serupa terkait dengan wacana pembentukan Kementerian Perumahan.

5. Prospek Saham Batu Bara ketika IDX Energy Menyala

Emiten sektor energi sedang bersinar di tahun 2024. Dibandingkan bagian lain, pertumbuhannya paling tinggi. Bahkan, lebih baik dari kenaikan indeks harga saham gabungan (IHSG).

Berdasarkan catatan Bisnis hingga kemarin, Selasa (3/9/2024), IDX Sector Energy menguat 26,98% sepanjang tahun berjalan (year-to-date/YtD). Kinerja tersebut jauh mengungguli sektor lain yang tumbuh hanya satu digit.

Pertumbuhan tertinggi kedua misalnya, ada IDX Consumer Cyclicals yang naik 6,96%. Lalu IDX Healthcare terapresiasi 6,79%.

Saham PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA) menjadi penopang utama melesatnya IDX Energy. Sepanjang tahun berjalan, Perseroan melesat 417,19% YtD ke level Rp41.375 per lembar hingga Selasa (3/9/2024).

PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) juga menjadi motor IDX Energy. Saham emiten batu bara yang terafiliasi dengan Garibaldi ‘Boy’ Thohir itu naik 51,26% YtD dan parkir di level Rp3.600 per saham.

Dua saham lain yang berkontribusi atas penguatan IDX Energy adalah PT United Tractors Tbk. (UNTR) dan PT Golden Energy Mines Tbk. (GEMS). Masing-masing menguat 22,76% dan 132,76% sepanjang tahun berjalan 2024.

Analis BRI Danareksa Sekuritas Erindra Krisnawan dan Christian Sitorus mengatakan bahwa prospek produksi dan permintaan global membayangi outlook emiten batu bara dalam jangka pendek.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Fatkhul Maskur
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper