Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

China Pertahankan Suku Bunga Acuan, Ini Harapan Ekonom untuk Pulihkan Perekonomian

Kalangan ekonom mengharapkan China meluncurkan stimulus perekonomian sebagai imbal atas langkah tidak menurunkan bunga acuan.
Presiden Joko Widodo (kiri) dan Presiden China Xi Jinping saat menghadiri Operasionalisasi Komersial Kereta Cepat Jakarta-Bandung di Great Hall of the People, Beijing, China, Selasa (17/10/2023). Dalam acara tersebut Presiden Jokowi dan Presiden Xi Jinping juga menyaksikan sejumlah nota kesepahaman (MoU) yang ditandatangani oleh para menteri kedua negara di berbagai bidang. ANTARA FOTO/Desca Lidya Natalia/tom.
Presiden Joko Widodo (kiri) dan Presiden China Xi Jinping saat menghadiri Operasionalisasi Komersial Kereta Cepat Jakarta-Bandung di Great Hall of the People, Beijing, China, Selasa (17/10/2023). Dalam acara tersebut Presiden Jokowi dan Presiden Xi Jinping juga menyaksikan sejumlah nota kesepahaman (MoU) yang ditandatangani oleh para menteri kedua negara di berbagai bidang. ANTARA FOTO/Desca Lidya Natalia/tom.

Bisnis.com, JAKARTA – China memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan pada Jumat (20/9/2024). Keputusan tersebut mengacaukan ekspektasi pasar yang bersiap untuk mengambil tindakan ekspansi setelah Federal Reserve (the Fed) melakukan penurunan suku bunga besar-besaran pada awal pekan ini.

Mengutip Reuters pada Jumat (20/9/2024), bank sentral China, People’s Bank of China (PBOC), mempertahankan suku bunga dasar pinjaman atau loan prime rate (LPR) satu tahun pada 3,35%, sedangkan LPR lima tahun tidak berubah pada 3,85%.

Dalam survei Reuters terhadap 39 pelaku pasar yang dilakukan minggu ini, 27 atau 69%, dari seluruh responden memperkirakan kedua suku bunga akan dipangkas.

Namun, pelaku pasar percaya bahwa stimulus lebih lanjut akan digulirkan untuk menopang perekonomian yang sedang lesu. Hal tersebut karena pelonggaran The Fed menawarkan kelonggaran bagi Beijing untuk melonggarkan kebijakan moneternya tanpa terlalu merugikan yuan.

“Penurunan suku bunga kemungkinan akan dimasukkan dalam paket kebijakan yang lebih besar, yang sedang ditinjau oleh para pejabat senior,” kata Xing Zhaopeng, Senior China Strategist di ANZ.

Dia melanjutkan, data dan ekspektasi ekonomi saat ini semuanya mendukung penurunan suku bunga. Selain itu, menurunkan suku bunga pinjaman hipotek juga memerlukan pengurangan lebih lanjut dalam LPR 5 tahun, yang dapat menyebabkan penurunan LPR satu kali dan signifikan pada kuartal keempat.

Serangkaian data ekonomi pada Agustus, termasuk pinjaman kredit dan indikator aktivitas, menunjukkan tren negatif yang mengejutkan. Para pelaku pasar menyebut, hal ini meningkatkan urgensi untuk meluncurkan lebih banyak stimulus guna menopang perekonomian terbesar kedua di dunia itu.

Para analis dan penasihat kebijakan memperkirakan para pengambil kebijakan di China akan meningkatkan langkah-langkah untuk setidaknya membantu perekonomian memenuhi target pertumbuhan tahun 2024 yang semakin menantang.

Melemahnya aktivitas ekonomi China telah mendorong pialang global untuk menurunkan perkiraan pertumbuhan Negeri Panda pada tahun 2024 ke bawah target resmi pemerintah yaitu sekitar 5%.

Presiden Xi Jinping pekan lalu mendesak pihak berwenang untuk berusaha mencapai tujuan pembangunan ekonomi dan sosial tahunan negaranya, media pemerintah melaporkan, di tengah ekspektasi bahwa diperlukan lebih banyak langkah untuk mendukung pemulihan ekonomi yang lesu.

“Ada peluang bagus bahwa People’s Bank of China (PBOC) akan menurunkan suku bunga dan bank-bank akan segera menurunkan LPR. Pertumbuhan yang lesu memerlukan pelonggaran kebijakan moneter, dan penurunan suku bunga The Fed memberikan ruang bagi PBOC untuk melakukan penurunan." Jelas tim analis di Commerzbank dalam sebuah catatan.

Perbedaan kebijakan moneter dengan negara-negara besar lainnya, khususnya Amerika Serikat, dan melemahnya yuan China telah menjadi kendala utama yang membatasi upaya pemerintah setempat untuk melonggarkan kebijakan selama dua tahun terakhir.

Namun pemotongan 50 basis poin yang dilakukan bank sentral AS yang mengawali serangkaian penurunan suku bunga yang diantisipasi telah melepaskan beberapa pengaruh kebijakan China, kata para analis.

Sebagian besar pinjaman baru dan terutang di China didasarkan pada LPR satu tahun, sedangkan suku bunga lima tahun mempengaruhi harga hipotek.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper