Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Author

Wahyu Utomo

Kepala Pusat Kebijakan APBN BKF Kementerian Keuangan

Lihat artikel saya lainnya

OPINI : APBN 2025, Kado Masa Transisi

Ar­­­si­­­tek­­­tur APBN 2025 di­­­desain untuk mendukung transisi agar berlajan efektif dengan menjaga APBN tetap sehat dan kredibel.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto (tengah), Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, serta sejumlah menteri dan petinggi Kepolisian RI berfoto jelang konferensi pers RAPBN 2025 di Kantor Direktorat Jenderal Pajak Kemenkeu, Jumat (16/8/2024). / Bisnis-Annasa Rizki Kamalina
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto (tengah), Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, serta sejumlah menteri dan petinggi Kepolisian RI berfoto jelang konferensi pers RAPBN 2025 di Kantor Direktorat Jenderal Pajak Kemenkeu, Jumat (16/8/2024). / Bisnis-Annasa Rizki Kamalina

Bisnis.com, JAKARTA - Anggaran Pen­­­da­­­patan Be­­­lan­­­­ja Negara (APBN) 2025 su­­dah di­­­­se­­­pakati dalam si­­­dang Paripurna pada tang­­­gal 19 September 2024.

Ten­­­tunya ini menjadi kabar baik dan angin segar bagi seluruh rakyat Indonesia termasuk bagi pelaku usaha. Berbagai spekulasi yang berkembang terkait dengan proses transisi dan kondisi APBN yang se­­­lama ini masih misteri, telah ter­­­­jawab dengan jelas.

Ar­­­si­­­tek­­­tur APBN 2025 di­­­desain untuk mendukung transisi agar berlajan efektif dengan menjaga APBN tetap sehat dan kredibel. Berbagai prog­­­ram prioritas yang selama ini telah memberi manfaat nyata bagi masyarakat t­e­­­tap dilanjutkan, bahkan di­­­perkuat dengan berbagai program unggulan al. Prog­­­ram makan bergizi gratis, pemeriksaan kesehatan gratis, revitalisasi sekolah, sekolah unggulan, dan lumbung pangan nasional. Tentunya itu semua patut kita syukuri, diharapkan dapat modal yang kuat untuk menyongsong dinamika perekonomian ke depan.

Saat ini, perekonomian glo­­­bal masih dibayangi risi­­ko ketidakpastian yang ting­­­gi, terutama dipengaruhi oleh tensi geopolitik yang masih eskalatif, perlambatan ekonomi China, gejolak di Amerika Serikat dan Eropa, diikuti dengan fragmentasi dan proteksionisme sehingga memicu terganggunya rantai pasok, volatilitas harga komoditas, tekanan terhadap inflasi, suku bunga dan nilai tukar.

Di tengah ketidakpastian global, pertumbuhan ekono­mi masih resilien ditopang daya beli yang terjaga dan inflasi yang terkendali dengan kebijakan fiskal yang responsif dan antisipatif. Ter­­­masuk kontribusi neraca perdagangan yang masih surplus sebagai hasil penghiliran.

Kinerja Fiskal juga menunjukan perbaikan yang tere­­flek­­­si dari penerimaan negara yang makin meningkat, defi­­sit makin terkendali pada le­­­vel 1,61% PDB (2023) de­­ngan keseimbangan primer yang surplus pertama kali se­­­jak 2012 dan rasio utang yang menurun pada level 39,21% PDB (2023).

Dalam pelaksanaan APBN 2024, sangat dipengaruhi di­­­namika perekonomian yang bergerak sangat dinamis, vo­­­latilitas harga komoditas dan berbagai agenda pembangunan yang harus dijaga tetap op­­timal. Untuk menjaga agar APBN tetap kredibel dan sustainable ditengah ketidakpastian global maka upaya yang ditempuh sebagai berikut.

Pertama, mengoptimalkan peran APBN sebagai shock absorber untuk menjaga stabilitas harga, mengendalikan inflasi dan daya beli masyarakat. Kedua, mendisiplinkan pengelolaan fiskal melalui pengendalian defisit dibawah 3% PDB, menjaga utang da­­­lam batas manageable, dan mendorong penerbitan SBN secara oportunistik. Ketiga, memperkuat kolaborasi kebijakan fiskal, moneter, sektor keuangan.

APBN 2025 didesain untuk mendukung keberlanjutan, pe­­nguatan dan akselerasi agar transisi efektif dengan tetap menjaga APBN sustainable.

Dengan mencermati perkembangan terkini dan pros­­­­­pek perekonomian ke depan, serta mempertimbangkan berbagai kompleksitas tantangan yang dihadapi, Pe­­­­merintah bersama DPR RI, menyepakati asumsi da­­­sar makro pada APBN Ta­­­hun Anggaran 2025. Per­­­tumbuhan ekonomi sebesar 5,2%; inflasi terkendali sebesar 2,5%; nilai tukar rupiah sebesar Rp16.000/US$; suku bunga SBN 10 tahun sebesar 7,0%; ICP disepakati sebesar US$82 per barel; dan lifting minyak disepakati sebesar 605.000 barel per hari dan lifting gas sebesar 1,005 juta barel setara minyak per hari.

Untuk itu APBN 2025 di­­­de­­­sain untuk menjaga ”Sta­bilitas, Inklusivitas dan Ke­­­­ber­­­lanjutan”. Untuk mengan­­­­tisipasi ketidakpastian, se­­­kaligus mewujudkan kesejahteraan dan mendistribusikan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia melalui ”ak­­­selerasi pertumbuhan eko­­­no­­mi yang inklusif dan ber­­­kelanjutan”.

APBN Tahun Anggaran 2025 menjadi pilar penting un­­­tuk menjaga keberlanjut­­an, penguatan untuk ak­­se­­­lerasi pencapaian visi In­­­do­­­nesia Emas 2045. APBN di­­­de­­­sain untuk mendukung transisi agar dapat berjalan efektif. Menjaga keberlanjutan reformasi struktural yang selama ini sudah dilakukan serta menjaga agar kebijakan fiskal tetap sehat dan kredibel dalam jangka menengah-panjang,

APBN 2025 yang sehat, kre­­­dibel dan efektif diharapkan menjadi fondasi untuk visi Indonesia Emas 2045. Un­­­tuk itu diperlukan upaya kon­­­sistensi penyehatan fiskal melalui collecting more, spen­­­ding better dan prudent serta innovative financing. Op­­­timalisasi pendapatan ne­­­gara dilakukan dengan tetap menjaga iklim investasi yang diperkirakan mencapai se­­­besar Rp3.005,1 triliun, yang terutama didukung oleh penerimaan perpajakan sebesar Rp2.490,9 miliar dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sebesar Rp513,6 triliun. Belanja Ke­­­men­­­terian/Lembaga (K/L) tahun 2025 sebesar Rp1.160,1 triliun antara lain un­­­tuk mendukung keberlanjutan program prioritas maupun penguatan program ung­­­gulan pemerintahan baru. Per­­­inciannya, Makan Bergizi Gratis (MBG) Rp71 triliun, renovasi sekolah Rp20 triliun, sekolah unggulan Rp2 tri­­­liun, pemeriksaan kesehat­­­an gratis Rp3,2 triliun, penuntasan TB Rp8 triliun, lumbung pangan nasional Rp15 triliun, Rumah Sakit ber­­­kualitas Rp1,8 triliun.

Transfer ke Daerah (TKD) di­­­sepakati sebesar Rp919,9 triliun diarahkan untuk penguatan sinergi dan harmonisasi belanja pusat dan daerah, peningkatan be­­­lanja produktif, penguatan lo­­cal taxing power, serta mem­­­percepat konvergensi an­­­tardaerah. Defisit APBN Ta­­­hun Anggaran 2025 ditetapkan sebesar 2,53% PDB atau secara nominal sebesar Rp616,2 triliun, dengan pembiayaan utang diperkirakan se­­­besar Rp775,9 triliun yang di­­­kelola secara prudent dan sustainable dengan pengendalian risiko dalam batas manageable.

Semoga komitmen bersama dalam menghadirkan APBN 2025 yang sehat dan efektif ini, akan menjadi kado indah untuk memuluskan transisi yang smooth sehingga menjadi modal yang kuat untuk mewujudkan Indonesia yang Maju, Adil dan Makmur sesuai visi Indonesia Emas 2025.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Wahyu Utomo
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper