Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Deflasi 5 Bulan Beruntun, Kadin Was-Was Daya Beli Masyarakat Luntur

WKU Kadin bidang Maritim, Investasi Dan Luar Negeri Shinta Kamdani khawatir deflasi yang terjadi 5 bulan beruntun memengaruhi daya beli masyarakat.
Aktivitas disalah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, Senin (30/9/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Aktivitas disalah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, Senin (30/9/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyoroti deflasi yang terjadi dalam lima bulan terakhir akan mempengaruhi daya beli masyarakat.  

WKU Kadin bidang Maritim, Investasi Dan Luar Negeri Shinta Kamdani menyampaikan meski pemerintah meyakini deflasi yang terjadi bukan karena pelemahan daya beli, dirinya mengkhawatirkan deflasi yang terjadi pada komponen harga diatur pemerintah (administered price) dan harga bergejolak (volatile price). 

“Yang kita khawatirkan ini semua berpengaruh juga kepada daya beli [masyarakat], ini yang menjadi kunci utama,” ujarnya di Menara Kadin, Rabu (2/10/2024). 

Shinta menjelaskan, volatilitas harga pangan dalam negeri yang mereda akibat intervensi dari pemerintah pusat dan daerah. Namun, perlu perhatian terkait daya beli masyarakat yang menjadi kunci utama dalam ekonomi Indonesia. 

Pasalnya, konsumsi rumah tangga memberikan sumbangan paling besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 54,53% terhadap pertumbuhan ekonomi pada kuartal II/2024. 

Kekhawatiran Shinta bukan tanpa alasan. Pasalnya, Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur Indonesia masuk zona kontraksi dalam tiga bulan terakhir. 

Berdasarkan laporan terbaru S&P Global, Selasa (1/10/2024), PMI manufaktur Indonesia menunjukkan penurunan marginal dan sedikit lebih lambat dalam tiga bulan terakhir. 

Di mana PMI manufaktur Indonesia masih terkontraksi di bawah 50 yakni berada di level 49,2 pada September 2024, meskipun indeks aktivitas manufaktur tersebut mengalami peningkatan tipis dari bulan sebelumnya 48,9.  

Dalam laporan tersebut, diterangkan bahwa pengoperasian di perekonomian sektor manufaktur Indonesia masih pada laju penurunan pada September. Hal ini menggambarkan penurunan lebih lanjut pada output dan permintaan baru. 

Sekretaris Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso menekankan deflasi yang terjadi bukan di komponen inti, melainkan pada komponen lainnya yakni harga diatur pemerintah dan harga bergejolak. 

Pemerintah melihat masih banyak indikator yang menunjukkan daya beli masyarakat masih dalam kondisi yang baik. Meski demikian, hal tersebut menjadi alarm atau pengingat akan kondisi konsumsi masyarakat.   

“Deflasi beberapa bulan kemarin semacam catatan lah, warning, untuk kita antisipasi,” ujarnya dalam Media Briefing 5 Tahun Kartu Prakerja di kantor Kemenko Perekonomian, Rabu (2/10/2024).  

Sebelumnya, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan tidak ada pelemahan daya beli masyarakat meski terjadi deflasi bulanan (month to month/MtM) selama lima bulan terakhir. 

Hal tersebut dapat terlihat dari inflasi komponen inti atau core inflation. Komponen ini merupakan satu dari tiga komponen, yang lainnya adalah harga diatur pemerintah dan harga bergejolak. 

“Inflasi itu ada komponennya. Inflasi inti naik terus. Kalau inflasi inti naik, berarti daya beli naik ke angkat,” tuturnya kepada media massa di Kantor Kemenko Perekonomian, Selasa (1/10/2024).  


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper