Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tarif Listrik RI Dinilai Mahal untuk Data Center, Ada Insentif Buat Tarik Investasi?

Kemenko Marves menanggapi isu tarif listrik industri di Indonesia yang disebut lebih mahal sehingga investasi data center lari ke negara tetangga.
Karyawan melakukan pengecekan di ruangan Data Center di Jakarta, Senin (24/7/2023) JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan melakukan pengecekan di ruangan Data Center di Jakarta, Senin (24/7/2023) JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) menanggapi isu tarif listrik industri di Indonesia yang disebut lebih mahal sehingga investasi data center lari ke negara tetangga. 

Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves Rachmat Kaimuddin mengatakan, potensi insentif dapat diberikan untuk insentif terhadap industri yang strategis dan mampu memberikan dampak berganda bagi Indonesia. 

“Pertama, kita perlu memutuskan apakah investasi data center ini kita anggap sebagai industri strategis. Jika iya dan itu yang kita ingin coba, ada preseden-preseden kita memberikan insentif-insentif,” kata Rachmat kepada wartawan, Jumat (11/10/2024).  

Menurut Rachmat, untuk merumuskan insentif tersebut, pemerintah masih perlu mempertimbangkan seberapa strategis industri tersebut dan insentif apa yang cocok untuk diberikan. Stimulus dari sisi energi misalnya untuk industri yang menggunakan batu bara rendah atau gas untuk industri. 

“Kita mau diberikan insentif apa, dan ya kalau memang kita sudah putuskan itu strategis, ya kita harus kompetitif lah ya untuk bisa membuat ini lebih menarik,” jelasnya. 

Di sisi lain, untuk menggairahkan investasi data center, Rachmat juga menyebut pentingnya konektivitas, infrastruktur untuk kebutuhan listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT). 

“Saat ini juga banyak yang menginginkan bukan hanya listrik biasa, tapi dia pengen listrik yang hijau, jadi hal-hal itu dan mungkin next-nya juga ada soft infrastrukturnya, ada nggak orang-orang yang bisa jadi operatornya, mastiin itu bisa berjalan dan sebagainya,” tuturnya. 

Kendati demikian, Rachmat menegaskan Indonesia harus melihat peluang dari investasi tersebut yang juga dapat mendorong pertumbuhan industri dalam negeri. Sebagai contoh, pengembangan manufaktur perakitan server. 

“Misalnya, bisa nggak servernya kita rakit di Indonesia jadi bikin lapangan kerjaan baru gitu, kalau nggak nanti kita jadi tempat parkir aja kan, jadi itu juga yang perlu kita coba, strategi kita seperti apa nih untuk meningkatkan multiplier effect untuk industri ini,” tuturnya. 

Sebelumnya, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie mengungkapkan alasan Google yang memilih berinvestasi di Malaysia dibandingkan di Indonesia. Budi menuturkan, ada tiga faktor yang membuat Google lebih memilih Malaysia dibandingkan dengan Indonesia. 

Pertama, terkait dengan tarif listrik industri di Malaysia yang lebih murah dibandingkan dengan Indonesia. "Listrik mereka 8 sen per kilowatt-hour [kWh],” kata Budi saat ditemui di kawasan Cawang, Rabu (9/10/2024).

Selain listrik, faktor kedua adalah terkait dengan bebasnya biaya pajak untuk barang modal yang sudah diterapkan di Negeri Jiran. 

Ketiga, adalah adanya kepastian hukum untuk investasi yang kuat di Malaysia sehingga mudah masuknya investasi ke Negeri Jiran dibanding ke Indonesia.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper