Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

MIND ID Ungkap Dua Industri Lokal Siap Serap Katoda dari Smelter Freeport

MIND ID mengungkapkan sudah ada dua offtaker dalam negeri yang siap menyerap produk katoda tembaga dari smelter milik PT Freeport Indonesia (PTFI).
Progres konstruksi smelter konsentrat tembaga PT Freeport Indonesia di  Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) JIIPE, Gresik, Jawa Timur, Rabu (29/3/2023)/Bisnis-Denis Riantiza Meilanova
Progres konstruksi smelter konsentrat tembaga PT Freeport Indonesia di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) JIIPE, Gresik, Jawa Timur, Rabu (29/3/2023)/Bisnis-Denis Riantiza Meilanova

Bisnis.com, JAKARTA - Holding BUMN Pertambangan PT Mineral Industri Indonesia (MIND ID) mengungkapkan sudah ada dua offtaker dalam negeri yang siap menyerap produk katoda tembaga dari smelter milik PT Freeport Indonesia (PTFI).

Direktur Portofolio dan Pengembangan Usaha MIND ID Dilo Seno Widagdo menuturkan, kedua industri itu berkomitmen menyerap katoda tembaga dari smelter yang terletak di Kawasan Ekonomi Khusus Java Integrated and Industrial Port Estate atau KEK JIIPE, Manyar, Gresik, Jawa Timur tersebut. Adapun, dua industri tersebut yakni Indonesia Battery Corporation (IBC) dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA).

"Sebenarnya hari ini kami sudah dapat dua. Yang terakhir kemarin kita baru tanda tangan MOU melalui IBC untuk bekerja sama membangun [pabrik] copper foil," kata Dilo di Jakarta, Selasa (15/10/2024).

Dia menuturkan, pabrik foil tembaga itu membutuhkan suplai katoda tembaga. Pasalnya, pabrik itu diproyeksi memiliki kapasitas 300.000 ton per tahun.

Adapun, nilai investasinya sekitar US$1,5 miliar atau setara Rp23,35 triliun (asumsi kurs Rp15.572 per dolar AS) hingga US$2 miliar atau setara Rp31,14 triliun.

Sementara itu, untuk MDKA, Dilo belum bisa memerinci proyek hilir yang bakal digarap dan nilai investasi yang dibutuhkan.

"Jadi kita tidak terlalu khawatir kalau memang sebenarnya ada tambahan lagi mungkin dari teman-teman di Merdeka Copper," ucap Dilo.

Tak hanya dari dalam negeri, penyerapan katoda tembaga dari smelter PTFI juga diminati asing. Dilo mengutip catatan London Metal Exchange (LME) yang menyatakan terdapat kesenjangan antara suplai dan permintaan katoda. Kesenjangan itu terjadi lantaran ada defisit pasokan tembaga di tingkat global.

"Gap demand supply ini terus defisit, ini harga tembaga yang sekarang US$9.500 [per ton] mungkin bisa tembus US$10.000 [per ton]. Jadi memang demand-nya sekarang lagi besar, supply-nya terbatas," jelas Dilo.

Freeport sebelumnya menyuarakan agar katoda tembaga hasil produksi smelter mereka bisa diserap industri dalam negeri.

Presiden Direktur Freeport Indonesia Tony Wenas mengibaratkan tugas penambang untuk melaksanakan hilirisasi sudah selesai. Menurutnya, tugas selanjutnya adalah mendorong hasil hilirisasi bisa dikonsumsi industri dalam negeri. 

Dia mencontohkan saat ini sekitar tiga per empat produksi katoda tembaga PT Smelting, smelter pertama Freeport, masih diekspor. Sementara itu, sisanya baru dikonsumsi industri dalam negeri. Hal ini lantaran industri hilir yang mengolah katoda dalam negeri masih minim.  

"Intinya industri lebih hilirnya mana? Ini [hilirisasi] sudah 5 tahun kok kami bangun," ucap Tony di Jakarta, Selasa (8/10/2024).

Hal serupa juga disampaikan oleh Ketua Umum Indonesian Mining Association (IMA) Rachmat Makkasau. Dia menilai hilirisasi harus diiringi dengan konsumsi produk tambang oleh industri dalam negeri. Hal ini dinilai perlu demi memaksimalkan nilai tambah.

Dia menuturkan dalam 5 tahun terakhir dunia tambang telah melaksanakan tugasnya untuk melakukan hilirisasi mineral mentah. Oleh karena itu, dia berharap hasil usaha pelaku industri tambang bisa disambut oleh industri dalam negeri. 

Menurut Rachmat, akan sangat disayangkan jika produk olahan mineral dalam negeri malah lari ke luar negeri. 

"Indonesia punya kesempatan besar untuk memanfaatkan itu dan dari situ lah nilai tambah besar didapatkan," kata Rachmat.

Dia pun berharap pemerintah bisa membuat kebijakan untuk mendukung hal tersebut. Apalagi, kata Rachmat, pemerintah punya target tertentu untuk menggenjot industri dalam negeri. 

"Harapan kami, para penambang sudah melakukan semaksimal mungkin tugasnya, ke depan mungkin ada aturan dari pemerintah untuk memudahkan proses yang bisa membuat kesinambungan dari tambangnya, bukan dari hilirisasinya," jelas Rachmat. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper