Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prabowo Bidik Swasembada Energi, Bahlil Bakal Genjot Lifting Migas

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia bakal menggenjot lifting migas untuk menindaklanjuti target Presiden Prabowo Subianto mencapai swasembada energi.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia memberikan sambutan saat acara serah terima jabatan di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (19/8/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia memberikan sambutan saat acara serah terima jabatan di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (19/8/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia memberikan arahan kepada para pejabat eselon 1 di kementeriannya untuk meningkatkan produksi minyak dan gas bumi (migas).

Hal itu dia ungkapkan tatkala mengumpulkan para pejabat Kementerian ESDM usai dirinya dilantik jadi menteri kembali, Senin (21/10/2024).

Bahlil mengungkapkan bahwa Presiden Prabowo Subianto kerap kali menekankan tentang kedaulatan energi dalam pidatonya. Menurut Bahlil, Kementerian ESDM adalah garda paling depan untuk mewujudkan cita-cita tersebut.

Ketua Umum Golkar itu pun lantas memberi arahan kepada para anak buahnya untuk menggenjot lifting migas. Utamanya, menggenjot lifting minyak dengan memetakan sumur-sumur potensial.

"Segera kami menindaklanjuti, terutama di hulu migas, itu kita bicara tentang mana potensi-potensi yang bisa kita naikkan lifting," ucap Bahlil di Kantor Kementerian ESDM.

Dia menambahkan bahwa harus ada intervensi teknologi untuk menggenjot lifting minyak dari sumur-sumur yang potensial, kendati dia belum bisa memerinci terkait sumur mana yang bakal dimaksimalkan produksinya.

"[Memetakan] mana sumur-sumur yang bisa kita optimalkan, atau mana sumur-sumur yang sudah nggak bisa [produksi], intervensi teknologi, mana eksplorasi, gitu-gitulah," kata Bahlil.

Sebelumnya, Bahlil mengeklaim Indonesia menghabiskan devisa Rp500 triliun per tahun untuk impor migas. Menurutnya, hal itu terjadi tak lepas lantaran RI saat ini masih ketergantungan impor, khususnya minyak. Bahlil menyebut larinya devisa itu turut membuat nilai tukar rupiah bergejolak.

"Setiap tahun, kita itu menghabiskan devisa kita sekitar Rp500 triliun. Makanya nilai tukar dolar kita agak sedikit maju-mundur-maju-mundur," jelas Bahlil dalam acara Repnas National Conference, di Jakarta, Senin (14/10/2024) lalu.

Berdasarkan data yang dia kantongi, kebutuhan minyak RI mencapai 1,6 juta barel per hari (bopd), sedangkan produksi minyak Indonesia pada 2023 saja tercatat mencapai 606.000 bopd. 

Dengan kata lain, Indonesia harus mengimpor sekitar 1 juta bopd minyak untuk menutupi selisih antara kebutuhan dan produksi tersebut. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper