Bisnis.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa menilai susunan kabinet presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, bakal memberi dampak terhadap perkembangan hilirisasi nikel Tanah Air.
Trump pernah berjanji mencabut aturan wajib kendaraan listrik (EV) jika terpilih kembali menjadi presiden. Menurut Trump, mendorong penggunaan EV hanya menimbulkan pemborosan anggaran. Di satu sisi, Indonesia sedang menggenjot hilirisasi nikel untuk produksi bahan baku baterai EV.
Fabby mengatakan untuk mengukur dampak kemenangan Trump terhadap industri nikel di Tanah Air, harus menunggu sampai dia benar-benar mengumumkan susunan kabinet.
Menurut, Fabby ucapan Trump soal akan mencabut aturan wajib menggunakan EV bisa saja sekadar retorika.
"Karena apa yang disampaikan pada saat kampanye, itu juga retorika. Belum tentu akan dilaksanakan. Sama di Amerika, di Indonesia, sama yang disampaikan di kampanye Itu kan untuk menarik pemilih," jelas Fabby kepada Bisnis, Selasa (12/11/2024).
Fabby menuturkan, meski Trump mengatakan akan mencabut mandat kendaraan listrik dan transisi energi, belum tentu dilaksanakan sepenuhnya. Pasalnya, AS merupakan negara federal. Artinya, tidak semua kebijakan ditentukan pemerintah pusat.
Baca Juga
Oleh karena itu, negara-negara bagian juga bisa memiliki kebijakan yang lebih progresif atau berbeda dengan pemerintah pusat.
"Jadi itu yang perlu jadi pertimbangan. Kita nunggu dan kemudian struktur negara Amerika memang memungkinkan negara federal punya kebijakan itu," ucap Fabby.
Di sisi lain, Fabby mengatakan AS setelah kemenangan Trump, tak bisa serta merta melarang kendaraan listrik. Apalagi, salah satu tim pemenangan Trump di isi oleh Elon Musk, yang merupakan pengusaha EV.
Selain itu, AS juga bukan pasar utama nikel maupun baterai kendaraan listrik dari Indonesia. Fabby menyebut pasar hilirisasi baik nikel untuk kendaraan listrik maupun untuk industri baja, itu 80% hingga 85% itu ke China.
Selain China, pasar nikel Indonesia selama ini adalah Korea Selatan. Hal ini sebagaimana serapan nikel RI untuk Hyundai dan LG.
"Kalau dilihat hari ini sebenarnya gak terlalu berdampak kalau misalnya Amerika gak mau sourcing nikel dari Indonesia yang menurut saya gak terlalu [berpengaruh] juga. Karena, pasar yang besar itu di Tiongkok. Dan yang kedua saya kira kita bisa mencari pasar di Amerika," tutur Fabby.
Setali tiga uang, Executive Director Indonesian Mining Association (IMA) Hendra Sinadia juga menilai pengaruh kemenangan Trump terhadap upaya hilirisasi dan pembangunan industri EV di RI tak akan terjadi dalam waktu dekat. Sebab, permintaan mobil bertenaga setrum itu tidak hanya berasal dari AS.
"Tentu pasti ada dampak dengan proteksionisme di AS, tapi kan semua negara juga melakukan proteksionisme. Apapun hasil pemilihan di AS tentu tidak akan, bukan tidak berdampak, tapi dalam waktu dekat tidak terlalu berpengaruh terutama dalam pengembangan hilirisasi nikel," jelas Hendra kepada Bisnis di Jakarta, Rabu (6/11/2024).
Hendra juga tak begitu khawatir terhadap potensi penurunan permintaan EV dari Negeri Paman Sam. Pasalnya, selama ini pasar EV terbesar masih dipegang oleh negara-negara Asia.
"Ekspor kita kan paling banyak ke Asia," ucapnya.