Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inflasi Jepang Turun Tipis per Oktober 2024, Sinyal Positif untuk BOJ?

Inflasi Jepang bertahan di atas target bank sentral pada Oktober 2024 meskipun mengalami sedikit penurunan.
Kantor pusat Bank of Japan (BOJ) di Tokyo, Jepang, Rabu, 31 Juli 2024./Bloomberg-Akio Kon
Kantor pusat Bank of Japan (BOJ) di Tokyo, Jepang, Rabu, 31 Juli 2024./Bloomberg-Akio Kon

Bisnis.com, JAKARTA - Indeks harga konsumen atau inflasi Jepang bertahan di atas target bank sentral pada Oktober 2024 meskipun mengalami sedikit penurunan. Sebagian besar data tersebut  mendukung pandangan bank sentral bahwa inflasi yang mendasarinya tetap solid.

Data dari Kementerian Dalam Negeri Jepang pada Jumat (22/11/2024) mencatat, Indeks harga konsumen tidak termasuk makanan segar naik 2,3% secara year on year (YoY) pada Oktober 2024, turun dari 2,4% pada September. 

Hasil tersebut berada di atas estimasi konsensus sebesar 2,2%. Sementara itu, indeks tidak termasuk biaya energi dan harga makanan segar adalah sebesar 2,3%, naik dari 2,1% pada periode sebelumnya.

Data tersebut kemungkinan akan membuat bank sentral Jepang, Bank of Japan (BOJ) tetap pada jalurnya untuk menaikkan suku bunga dalam beberapa bulan mendatang, seperti yang diprediksi oleh sebagian besar ekonom yang disurvei oleh Bloomberg. 

“Inflasi tetap kuat, kecuali listrik dan gas. Hal ini sebagian didorong oleh impor yang lebih mahal dan konsumsi berada dalam situasi yang biasa-biasa saja, tetapi inflasi tetap kuat. Saya pikir BOJ akan menaikkan suku bunga lagi pada bulan Desember," kata Takeshi Minami, ekonom di Norinchukin Research Institute.

Pertumbuhan harga yang lebih lambat sebagian besar disebabkan oleh efek dari langkah-langkah pemerintah yang terputus-putus untuk mengimbangi tekanan inflasi dengan bantuan fiskal. Penghapusan subsidi pemerintah tahun lalu mendorong indeks naik pada saat itu. 

Pada Oktober, kenaikan biaya listrik melambat menjadi 4% dari 15,2% pada bulan September, sementara kenaikan harga gas alam juga melambat. Subsidi utilitas memangkas 0,54 poin persentase dari indeks keseluruhan. 

Di sisi lain, harga makanan olahan meningkat sebesar 3,8%, meningkat dari 3,1% pada bulan September. Laporan oleh Teikoku Databank menunjukkan perusahaan makanan menaikkan harga 2.911 jenis barang pada bulan Oktober, bulan yang menandai dimulainya semester kedua tahun fiskal. Harga beras naik 60%.

Momentum harga yang mendasarinya tetap solid dan percepatan pertumbuhan harga layanan menjadi 1,5% dari 1,3% menambah pandangan bahwa inflasi semakin mengakar dalam perekonomian.

Meski Gubernur BOJ Kazuo Ueda menahan diri untuk tidak memberikan sinyal yang jelas mengenai kemungkinan waktu kenaikan suku bunga berikutnya, banyak ekonom memperkirakan kenaikan tersebut akan terjadi pada bulan Desember atau Januari. BOJ akan menyampaikan keputusan kebijakan berikutnya pada tanggal 19 Desember.

Sementara itu, pemerintah tengah meningkatkan upaya untuk meringankan beban kenaikan harga yang terus-menerus pada rumah tangga. Perdana Menteri Shigeru Ishiba diperkirakan akan mengungkapkan isi paket stimulus ekonomi pada Jumat waktu setempat. 

Paket stimulus itu kemungkinan akan mencakup pemberian uang tunai baru untuk rumah tangga berpendapatan rendah dan janji untuk mengembalikan subsidi utilitas mulai Januari hingga Maret.

“Saya merasa bahwa langkah-langkah stimulus ekonomi pemerintah agak berlebihan. Saya bertanya-tanya kapan mereka akan berhenti mensubsidi tagihan utilitas dan harga bensin. Namun, mengingat hasil pemilu baru-baru ini dan karena akan ada pemilu lagi tahun depan, saya pikir tidak dapat dihindari bahwa skala langkah-langkah tersebut akan meningkat," ujar Minami

Ketidakpuasan publik atas inflasi merupakan faktor utama di balik kinerja buruk koalisi yang berkuasa dalam pemilu nasional bulan lalu, ketika mereka kehilangan mayoritas di parlemen.

Pelemahan yen membuat impor barang, bahan, makanan, dan energi dari luar negeri menjadi mahal. Akselerasi kenaikan harga produsen baru-baru ini akan menambah tekanan pada perusahaan untuk meneruskan kenaikan biaya kepada pelanggan ritel dan korporat.

Kemerosotan yen semakin dalam menyusul kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden AS. Kazuo Momma, mantan direktur eksekutif BOJ yang bertanggung jawab atas kebijakan moneter menyebut, bank sentral mungkin akan menaikkan suku bunga acuannya dalam waktu dekat jika mata uang tersebut terus merosot.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper